Heboh Kasus Wirda Mansur hingga Dijuluki 'Pathological Liar', Apa Itu? Kenali Gejala Gangguan Mental Ini

Maharani Kusuma Daruwati - Minggu, 27 Februari 2022
Wirda Mansur dijuluki pathological liar, apa itu?
Wirda Mansur dijuluki pathological liar, apa itu? Instagram wirda_mansur

Parapuan.co - Belakangan nama Wirda Mansur tengah hangat jadi sorotan publik.

Hal ini tak lain karena latar belakang putri Ustaz Yusuf Mansur ini yang dianggap membingungkan.

Pasalnya, Wirda mengaku dirinya berkuliah di 4 universitas ternama di dunia.

Banyak netizen meragukan apakah Wirda benar-benar kuliah di Oxford University atau tidak.

Karena hal ini, Wirda sempat membuat klarifikasi mengenai pendidikannya itu. 

Wirda pun mengaku kuliah di 4 universitas berbeda karena memang dia berpindah-pindah karena tidak cocok.

Namun, masih banyak yang sanksi akan pengakuan putri ulama ini hingga tak sedikit yang mengoloknya.

Bahkan, Wirda Mansur mendapat julukan pathological liar dari netizen. Apa pathological liar?

Pathological liar alias pembohong patologis terbiasa mengatakan kebohongan tanpa motif yang jelas.

Baca Juga: Sempat Heboh, Wirda Mansur Beri Penjelasan Terkait Studinya di Oxford University

Jenis kebohongan ini berbeda dari kebohongan nonpatologis, di mana kebohongan seringkali bermanfaat dalam beberapa hal.

Berbohong adalah ciri umum interaksi sosial di antara manusia. Perilaku ini bahkan terjadi pada beberapa hewan, seperti monyet.

Kebohongan sering membawa manfaat. Misalnya, seseorang mungkin berbohong untuk menghindari rasa malu sosial. Sementara beberapa orang lebih sering berbohong daripada yang lain, itu biasanya bukan pertanda kondisi kesehatan mental.

Kebohongan patologis berbeda. Ini mungkin merupakan tanda dari kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, seperti gangguan kepribadian.

Apa itu kebohongan patologis atau pathological liar?

Mengutip dari Medical News Today, berbohong mengacu pada membuat pernyataan palsu untuk menipu orang lain dengan sengaja, seringkali untuk beberapa bentuk keuntungan pribadi.

Kebohongan nonpatologis adalah hal yang lumrah dan bukan merupakan tanda gangguan apapun. Seseorang yang berbohong secara patologis akan berbohong secara kompulsif dan tanpa manfaat yang jelas bagi dirinya sendiri.

Ada beberapa upaya untuk menguraikan perbedaan antara kebohongan patologis dan nonpatologis, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuat perbedaan yang tepat.

Baca Juga: Nggak Bisa Bohong, Kebiasaan Selingkuh Nyatanya Bisa Dilihat dari Tulisan Tangan

Ciri utama dari kebohongan patologis adalah tidak memiliki motivasi yang jelas.

Biasanya dimungkinkan untuk menentukan mengapa seseorang berbohong, seperti untuk menguntungkan diri sendiri atau menghindari situasi sosial yang memalukan atau membuat stres, tetapi kebohongan patologis terjadi tanpa alasan yang jelas dan tampaknya tidak menguntungkan individu tersebut.

Tidak jelas apakah seseorang yang berbohong secara patologis menyadari kebohongannya atau mampu berpikir rasional tentang kebohongannya.

Kebohongan patologis dapat membuat bersosialisasi menjadi sulit dan menyebabkan masalah interpersonal yang signifikan dengan orang yang dicintai dan rekan kerja.

Penyebab

Ada sedikit penelitian di bidang ini, dan penyebab kebohongan patologis tidak diketahui.

Tidak jelas apakah kebohongan patologis merupakan gejala dari kondisi lain atau kondisi itu sendiri.

Misalnya, kebohongan kompulsif adalah ciri dari beberapa kondisi lain, seperti gangguan buatan dan gangguan kepribadian.

Tanda dan gejala

Baca Juga: Catat! Ini 5 Kebohongan Terburuk yang Harus Dihindari saat Melamar Kerja

Kebohongan patologis bersifat kompulsif dan mungkin dimulai dari yang kecil.

Kebohongan secara bertahap dapat menjadi lebih rumit dan dramatis, terutama jika itu diperlukan untuk menutupi kebohongan sebelumnya.

Mereka sering menjadi rumit oleh jumlah detail yang tidak perlu.

Orang yang sering berbohong belum tentu pembohong patologis.

Ciri yang paling membedakan dari kebohongan patologis adalah tidak memiliki motif.

Oleh karena itu, seseorang yang sering membesar-besarkan cerita untuk membuat dirinya tampak lebih menarik atau secara konsisten berbohong untuk menutupi kesalahan yang telah dibuatnya, tidak mungkin berbohong secara patologis.

Ini adalah motif yang jelas yang memajukan kepentingan tertentu.

Kebohongan patologis mudah diverifikasi oleh orang lain, yang pada akhirnya bisa berbahaya bagi orang yang memberi tahu mereka.

Misalnya, individu dapat membuat tuduhan palsu atau klaim muluk tentang masa lalu mereka yang mudah untuk diperiksa orang lain.

Baca Juga: Ganggu Kesehatan Mental, Ini 5 Dampak Buruk Bagi Anak yang Melihat Situasi KDRT

Diagnosa

Kebohongan patologis bukanlah diagnosis formal, tetapi dokter atau terapis mungkin mengenali perilaku tersebut sebagai tanda dari kondisi lain yang mendasari, seperti gangguan kepribadian atau gangguan buatan.

Gangguan ini termasuk gejala yang tumpang tindih, termasuk berbohong secara kompulsif. Orang dengan kondisi ini juga menunjukkan tanda-tanda lain.

Ada kemungkinan kebohongan patologis menjadi gejala independen, karena beberapa orang melakukan kebohongan patologis tanpa memiliki kondisi medis yang mendasarinya.

Mungkin sulit bagi dokter untuk menentukan apakah seseorang melakukan kebohongan patologis karena tidak ada tes psikologis atau biologis untuk itu.

Untuk mendiagnosis sebagian besar kondisi kesehatan mental, dokter akan menggunakan wawancara klinis. Jika orang tersebut tidak jujur ​​tentang kebohongannya, mungkin dokter perlu berbicara dengan anggota keluarga atau teman untuk membantu mengidentifikasi pola kebohongan patologis.

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Dobrak Stigma, Logina Salah Kontestan Pertama Miss Universe dengan Vitiligo dan Status Ibu