Psikolog Ungkap Penyebab Perempuan Rentan Alami Masalah Kesehatan Mental

Ericha Fernanda - Jumat, 4 Maret 2022
Perempuan rentan alami masalah kesehatan mental
Perempuan rentan alami masalah kesehatan mental visualspace

Parapuan.co - Jelang Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2022, kesehatan mental juga menjadi fokus penting bagi perempuan.

Pasalnya, penelitian Homewood Health United Kingdom menunjukkan 47 persen perempuan berisiko tinggi mengalami gangguan mental dibanding dengan 36 persen pria.

Sehingga, perempuan hampir dua kali lebih mungkin didiagnosis depresi dibandingkan dengan pria.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga Dr. Ike Herdiana, M.Psi., mengatakan bahwa perempuan sering kali menghadapi banyak faktor pemicu masalah kesehatan mental.

1. Terlibat banyak tanggung jawab

Faktanya, perempuan lebih banyak terlibat dalam pengasuhan anak dibandingkan pria dalam ranah domestik.

Begitu pun peran perempuan yang kerap mengambil tanggung jawab ketika ada keluarga yang mengalami kecacatan atau lanjut usia.

“Kultur masyarakat kita selalu membebankan pengasuhan anak pada perempuan saja. Padahal pengasuhan itu tugas sangat berat yang seharusnya dilakukan secara seimbang oleh ibu dan ayah. Hal ini penting karena tidak hanya terkait kesetaraan peran, tapi juga tumbuh kembang anak,” jelas Ike, mengutip Unair News.

Perempuan yang memiliki tanggung jawab lebih sering kali mudah mengalami kecemasan dan depresi.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik Hari Perempuan Internasional 2022, Angkat Tema Lawan Bias Gender

Selain itu, banyak perempuan cenderung hidup dalam kemiskinan dibandingkan pria, yang menimbulkan rasa tidak aman dan terisolasi.

2. Sering menjadi korban kekerasan

Faktanya, kasus kekerasan mau pun pelecehan seksual hampir selalu terjadi pada perempuan dan anak-anak.

Akibatnya, perempuan yang mengalami pengalaman traumatis lebih rentan terkena PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) dan dampak mental jangka panjang.

Di sisi lain, lingkungan yang diskriminatif dan tidak ramah perempuan juga berpengaruh pada kesehatan mental.

“Kita masih menemui banyak stigma pada perempuan. Perempuan yang bekerja larut malam atau memakai pakaian berbeda sering menjadi sasaran stigma,” terang Ike.

3. Tuntutan lingkungan

Masalah lain yang tidak menguntungkan bagi perempuan adalah tunturan lingkungan, terutama standar kecantikan.

Menurut Ike, penelitian menunjukkan hampir 80 persen perempuan pernah mengalami gangguan makan akibat stres atau pun keinginan untuk diet.

Baca Juga: Saat Perempuan Mempertaruhkan Kesehatan Mental di Zaman Digital

 

Kondisi tersebut dapat memicu gangguan makan, yang sering kali berkaitan dengan masalah mental lainnya.

Mencari Dukungan

Tingginya risiko gangguan kesehatan mental tersebut membuat Ike mendorong para perempuan untuk lebih terbuka.

Mencari dukungan bisa dimulai dengan terlibat pada kegiatan kelompok support group, serta keluarga dan orang terdekat.

“Jika kalian tidak bisa mendapat dukungan tersebut, segara hubungi profesional. Lakukan juga kegiatan yang kalian sukai dan mampu meningkatkan mood positif. Cintailah dirimu sendiri,” saran Ike.

Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri, mulailah dengan menerima dan mencintai diri sendiri secara utuh.

Mencintai diri sendiri adalah langkah awal untuk mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan demi menjadi pribadi lebih baik.

Melalui kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, Ike percaya perempuan mampu menjadi pribadi positif yang memiliki tujuan, optimisme, kepercayaan diri, dan penghargaan tinggi pada diri sendiri.

Baca Juga: 6 Cara Menunjukkan Kasih Sayang untuk Diri Sendiri dari Psikolog

(*)

Sumber: Unair News
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja