“Jingga cuman seminggu, orang-orang itu mikirnya bisnis terus. Buat mereka enggak nguntungin, ya sudah,” ujar Lola saat pada Kamis (14/3/2016) lalu.
Lola mengaku tidak mengharapkan banyak penonton seperti pembuat film pada umumnya.
Ia hanya ingin memberikan tontonan berbeda dan berkualitas untuk orang-orang.
“Kita enggak harapkan 200 juta orang lebih. Nah supaya mereka tahu sih harusnya di kasih sama jatahnya dengan film lain. Sekarang enggak fair sebenarnya karena hanya sepihak. Tapi kita bisa bilang apa?” tambahnya.
Perempuan kelahiran Jakarta, 30 Juli 1977 ini menyadari jika film-film idealis buatannya kerap dicibir.
Meski begitu, Lola mengaku akan tetap bertahan dengan idealismenya.
“Karena kan kita enggak bisa paksain orang buat suka, tapi saya pikir kalau baik buat saya, saya enggak peduli orang mau ngomong apa,” ungkap Lola.
“Ada yang bilang ngapain bikin film idealis, ngapain sih kan enggak laku. Tapi emang mereka bayarin hidup gue apa? Se-simple itu sih,” lanjut sutradara yang pertama kali mengawali karier di dunia hiburan sebagai model Wajah Femina pada tahun 1997 ini.
Tak masalah berstatus lajang di usia kepala empat
Baca juga: Kini Jadi Musisi Internasional, Begini Perjalanan Karier Niki Zefanya