“Karena lebih baik bergabung dengan sebuah organisasi atau komunitas yang sudah ada daripada membuat sebuah komunitas baru, kecuali kalau benar-benar ada kekosongan di situ. Atau, kalau kamu sudah mendapatkan pengalaman, baru kamu bisa bikin organisasi sendiri,” jelasnya.
Bahkan, organisasi-organisasi yang telah lama berdiri pun akan terus membutuhkan orang baru untuk bergabung bersama mereka.
“Seperti organisasi Koalisi Perempuan Indonesia, Solidaritas Perempuan, mereka sudah ada sejak 30 tahun terakhir, mereka juga butuh anak muda untuk gabung dengan mereka,” pungkasnya.
2. Terbuka dengan isu-isu yang ada di sekitar
Hanya bergabung dengan organisasi tanpa memiliki kesadaran akan isu-isu di sekitar tentunya tidak cukup untuk menjadi seorang aktivis.
Kawan Puan harus bisa terbuka terbuka dengan isu-isu yang ada di sekitar kamu, baik di tingkat lingkungan, wilayah, negara, maupun global.
“Sangat penting kita membaca, menonton, mendengarkan berita, kita membahas isu-isu dengan teman-teman kita, supaya kita tahu apa yang sedang terjadi di sekitar kita,” tegas Kate.
Maka dari itu, penting bagi kamu untuk membuka mata dan kritis terhadap isu yang ada di sekitar, sehingga kamu bisa mulai berjuang untuk hal kecil terlebih dahulu.
“Biasanya, kita bisa paling berpengaruh di tempat di mana kita sedang berdiri. Jadi kita lihat di sekitar kita ada apa saja hal-hal yang bisa diperbaiki, diperjuangkan di situ. Pasti banyak yang bisa dikerjakan dan diperjuangkan,” sambungnya.
Baca Juga: Cerita Kate Walton, Dideportasi Usai Dianggap Bawa Isu Feminisme ke Indonesia