“Salah satunya adalah kebebasan kami sebagai brand untuk mengeksplorasi dan bereksperimen menciptakan inovasi atau produk baru,” jelasnya.
Terlebih, sebut Nikita, Dear Me Beauty sebagai people power brand selalu berusaha untuk mendobrak batas industri kecantikan dengan menyuguhkan kombinasi produk berkualitas serta pengalaman tak terlupakan bagi konsumen.
Untuk mencapai hal tersebut, ia mengaku, pihaknya berupaya untuk melibatkan konsumen dalam tiap proses kreasi produk kolaborasi agar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen.
“Sebab, kami memahami bahwa strategi ini bukan semata-mata untuk kebutuhan bisnis. Akan tetapi bagaimana kolaborasi bisa membawa hal baru dan di saat yang bersamaan juga menjawab kebutuhan konsumen,” kata Nikita.
Tidak hanya produk, lanjut dia, hal tersebut juga diimplementasikan Dear Me Beauty pada layanan yang diberikan, seperti pembayaran digital ShopeePay yang memang sesuai dengan kebutuhan konsumen pada era digital.
3. Konsisten dengan Karakteristik
Kolaborasi dengan menggunakan strategi co-branding kadang menemui tantangannya.
Adapun tantangan yang didapati yakni jati diri brand yang harus dipertahankan.
Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh brand untuk menyiasati hal tersebut adalah dengan mengenali kelebihan serta ciri khas.
Baca Juga: 4 Kriteria Bisnis Frozen Food yang Tidak Dikenakan Denda Usaha
Dengan mengenali hal ini, pebisnis mampu menyusun strategi komunikasi yang tepat dan beriringan dengan objektif kolaborasi.
Brand enthusiast sekaligus Founder dan CEO Haloka Group, Stephanie Regina, menjelaskan, co-branding secara langsung atau tidak akan mengekspos brand pada jangkauan konsumen yang semakin luas.
“Terkait hal tersebut, tentu brand ingin membuat impresi yang tepat, terukur, dan konsisten,” ucapnya.
Maka dari itu, imbuh Stephanie, citra serta karakteristik yang khas merupakan fondasi yang harus dipegang teguh oleh brand ketika melangsungkan strategi co-branding.
Menurutnya, sebuah brand perlu melakukan perencanaan yang matang, bahkan sebelum menjalankan kolaborasi.
“Dengan mengkolaborasikan kebutuhan dan objektif dari kolaborasi, brand dapat memilih mitra kolaborasi yang akan melengkapi kekurangan sekaligus menonjolkan daya pikat dari masing-masing brand sehingga menghasilkan co-branding yang harmonis,” ujar Stephanie.
(*)