"Kalau masih ada yang ditutupi pelan-pelanlah mulai dibuka untuk saling meningkatkan kepercayaan dan menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.
Sukma menjelaskan, hak atas privasi terkadang bisa disalahgunakan untuk menyembunyikan rahasia dan berbohong pada pasangan.
"Kalau ada privasi bisa menjadi ruang untuk kita menyembunyikan sesuatu, jadi lebih bagus seterbuka mungkin kepada pasangan," katanya.
Sekalipun ada privasi, sebaiknya hal tersebut dibuat dengan tujuan agar kedua pihak sama-sama nyaman.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, privasi adalah ruang pribadi yang jauh dari gangguan orang lain.
Sebagai pasangan suami istri, tidak ada salahnya jika masing-masing memiliki ruang pribadi, misalnya terkait pekerjaan.
Ranah pekerjaan yang berbeda di antara satu sama lain menuntut untuk selalu bersikap profesional dan tidak membawa masalah pribadi.
Urusan pekerjaan tidak boleh campur aduk dengan urusan rumah tangga.
Kendati begitu, usahakan sebelum menetapkan privasi beri pengertian kepada pasangan.
"Kalau ada hal-hal terkait urusan pekerjaan yang tidak perlu diketahui pasangan, itu bisa disampaikan sejak awal," kata Sukma.
Misalnya, saat suami sedang WFH atau bekerja di rumah mohon perngertiannya agar istri tidak mengganggunya.
Begitupun sebaliknya, di akhir pekan istri mungkin ingin punya waktu bersama teman-teman dan suami gantian menjaga anak-anak di rumah.
"Itu bisa disampaikan kepada pasangan agar beliau bisa saling memahami, tapi selebihnya semakin terbuka semakin baik," tutupnya.
Pada akhirnya, agar tidak menimbulkan konflik dalam hubungan suami istri terkait batasan privasi tetap dibutuhkan adanya komunikasi yang terbuka dengan pasangan. (*)
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengapresiasi Perjuangan Pasangan? Coba Lakukan Ini