Psikolog Ungkap Pentingnya Terapi Sensori Integrasi pada Anak dengan Autisme

Anna Maria Anggita - Senin, 4 April 2022
Terapi untuk anak autis
Terapi untuk anak autis ThitareeSarmkasat

Parapuan.co - Masih dalam rangka Hari Kesadaran Autisme yang jatuh pada Sabtu, 2 April 2022 ini, penting diketahui bahwa anak dengan autisme itu memiliki kebutuhan yang lebih dari anak normal.

Pasalnya, anak yang menderita autism spectrum disorder alias autisme ini membutuhkan terapi, salah satunya yakni sensori integrasi.

Mengutip dari Hermina Hospitals, diungkapkan bahwa sensori integari merupakan suatu proses organisasi informasi di Susunan Syaraf Pusat (SSP) yang didapat dari lingkungan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam arti lain, terapi sensori integrasi ini membantu anak untuk beradaptasi dalam mengintegrasikan sistem sensori agar menjadi lebih baik.

Pentingnya terapi sensori integrasi untuk anak autis juga diungkapkan oleh Diah A. Witasari S.psi., M.PSI.T., Psikolog kepada PARAPUAN.

Menurutnya, derajat autisme pada setiap individu itu berbeda, jadi terapi itu bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak.

Walau begitu, ia menceritakan pengalamannya dalam merawat anaknya sendiri yang mengidap autisme.

Berdasarkan pengalaman merawat anaknya, terapi sensori integrasi itu penting bagi pengidap autisme.

Hal ini dikarenakan pada anak autis sensor tubuhnya ada yang belum terintegrasi.

Baca Juga: Dampak Citra Tubuh Negatif dari Medsos, dari Gangguan Makan hingga Kecemasan

 

"Sensor itu perasa, peraba, anak-anak menjadi sensitif, ada yang enggak tahan denger tinggi suara hair dryer, suara blender, takut, itu kalau dia ke pendengaran," ujar Wita, sapaan akrabnya.

Bila gangguannya pada peraba, maka anak tidak suka untuk dipeluk, di mana bila kulit tersentuh maka anak akan merasa seperti kesakitan.

Bukan hanya sentuhan saja, Wita mengungkap bahwa tag pakaian pada baju di bagian leher juga dapat mengganggu anak autis.

"Walaupun kecil (tag pakaian), tapi anak autis sangat perasa sekali," paparnya, saat dihubungi PARAPUAN, Jumat (1/4/2022).

Selain itu, ada anak autis yang belum terampil mengecap dan merasakan makanan, maka dari itu penting sekali dilakukan terapi sensori integrasi.

"Sensori integrasi itu salah satunya, tapi bisa juga nanti entah itu behaviour therapy, kemudian terapi-terapi yang untuk interaksi," jelas Wita.

Ia memaparkan bahwa anak dengan gangguan interkasi, mungkin saja bila terjadi eye contact akan menderita dan mata pun menghindar ke arah lain.

"Jadi anak saya waktu usia 9 bulan dibawa ke dokter, dia enggak mau melihat mata dokter," kisah Wita sambil menceritakan pengalamannya yang juga memiliki anak dengan autisme.

Baca Juga: Hari Kesadaran Autisme Sedunia: Ini Cerita Orang Tua Anak dengan Autisme dalam Mengelola Stres

Mata anak akan mengarah ke benda lain, sepeti stetoskop atau benda yang berputar.

"Setelah sensori integrasi kemudian bertahap seperti terapi behaviour, terapi wicara," ucapnya.

Walau begitu perlu dicatat bahwa terapi yang dibutuhkan anak itu sangat individual.

Wita menambahkan bahwa ada yang terapi dengan berenang bersama lumba-lumba atau terapi dengan berbagai metode lainnya.

Berbagai terapi untuk anak autis menurut Wita akan membantu anak lebih integrasi dengan dirinya sendiri dan juga gimana dia berinteraksi dengan lingkungannya.

Sebagai catatan, bagi Kawan Puan yang memiliki anak dengan autisme hendaknya segera dibawa ke tenaga profesional untnuk mengetahui terapi apa yang dibutuhkan.

(*)

 



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja