Jadi yang Pertama di Indonesia! Akad Nikah di Atas Gerbong Kereta Api hanya Rp5 Juta

Kinanti Nuke Mahardini - Senin, 4 April 2022
Museum kereta api
Museum kereta api Anggara Wikan Prasetya

Parapuan.co - Pernikahan merupakan momen luar biasa yang dipersiapkan dengan baik oleh kedua mempelai. 

Mulai dari souvenir hingga venue pernikahan tentunya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari agar saat pelaksanaan menjadi berkesan. 

Berbicara tentang venue pernikahan, kamu yang akan segera menikah dan ingin merasakan pengalaman luar biasa saat akad nikah, coba gunakan gerbong kereta api di Museum Kereta Api Indonesia.

Berada di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, kita bisa menyewa satu hingga tiga gerbong kereta untuk melangsungkan akad nikah. 

Hal ini disampaikan oleh Senior Supervisor Indonesia Railway Museum, Thanti.

"Mau akad nikah di atas kereta api, bisa. Pertama di Indonesia, konsepnya sudah ada. Silakan jika mau," ujar Thanti saat ditemui di Ambarawa. 

Sekilas tentang Museum Kereta Api Indonesia

Mulanya, Museum Kereta Api Indonesia atau Indonesian Railway Museum adalah stasiun aktif bernama Stasiun Willem I.

Stasiun ini diresmikan pada 21 Mei 1873 dan dibangun oleh Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).

Baca Juga: Viral Ratusan Umat Muslim Tarawih dan Berkumpul di Times Square New York

Peresemian stasiun tersebut bersamaan dengan tanggal pembukaan lintas Kedungjati-Ambarawa. 

Di museum ini, terdapat banyak koleksi perkeretaapian dari masa Hindia Belanda hingga pra kemerdekaan Republik Indonesia. 

Beberapa koleksi yang tersedia ialah 26 Lokomotif Uap, 4 Lokomotif Diesel, 5 Kereta dan 6 Gerbong dari berbagai daerah. 

Bahkan di museum tersebut, lokomotif dan gerbong yang digunakan saat Konferensi Asia Afrika tahun 1955 masih tersedia. 

Kereta Uap Masih Beroperasi

Masih di museum ini, ada perjalanan wisata menggunakan lokomotif uap maupun kereta diesel vintage dari stasiun Ambarawa ke Tuntang. 

Berjarak 6 kilometer, waktu tempuh stasiun Ambarawa-Tuntang dan sebaliknya membutuhkan 1 jam perjalanan menggunakan kereta diesel vintage. 

"Kereta uap ini sekali jalan membutuhkan 6000 liter air dan 3,5 kubik kayu jati sebagai bahan bakarnya. Dipersiapkannya harus dari jam 3 pagi," ujar Thanti. 

Baca Juga: Sempat Tertinggal Gim Pertama, Putri KW Juara Orleans Masters 2022

Selain rute di atas, ada juga kereta Api Wisata dengan rute Ambarawa-Jambu-Bedono (pulang pergi) yang menggunakan lokomotif uap bergigi dan melewati rel bergerigi.

Faktanya, rel bergerigi tersebut satu-satunya yang masih aktif di Indonesia.

Museum kereta Api Indonesia ini memang tempat bersejarah di Indonesia yang tidak hanya mengedukasi. 

Buktinya, museum ini bisa juga digunakan untuk kegiatan pameran, pemotretan, shooting, festival, bazar, pentas seni hingga pesta pernikahan. 

Biaya Pesta Pernikahan di Atas Gerbong Kereta Api

Kita yang ingin menyelenggarakan pesta pernikahan di atas gerbong kereta api, ada 2 lokomotif penggerak yakni lokomotif uap dan lokomotif diesel vintage. 

"Sewa kereta (lokomotif) uap 1 gerbong biaya Rp10 juta dengan kapasitas 40 orang. Mau nambah gerbong? Bisa. Gerbong kedua harganya Rp12,5 juta dan gerbong ketiga di harga Rp15 juta," ujar Thanti.

Jika ingin lebih terjangkau, kita bisa menyewa lokomotif diesel vintage. Masing-masing gerbong masih berkapasitas 40 orang.

"Kereta diesel bisa disewa juga dengan harga Rp5 juta untuk gerbong pertama. Gerbong kedua Rp7,5 juta dan gerbong ketiga 10 juta." pungkas Thanti. 

Beralamat di Jl. Stasiun No.1, Panjang Kidul, Panjang, Kec. Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, museum ini beroperasi Senin-Minggu pukul 08.00-17.00 WIB. 

Harga tiket masuk dewasa & mahasiswa Rp 10.000,-/orang, anak-anak (3-12 tahun) & pelajar Rp 5.000,-/orang.

Bagi yang ingin menikmati kereta wisata dengan lokomotif diesel vintage, bisa datang di hari Sabtu dan Minggu.

Harga tiketnya sangat terjangkau karena hanya Rp100 ribu. Berminat? 

(*)

Baca Juga: Aturan Perjalanan Berubah Lagi, Sudah 2 Kali Vaksin Tetap Wajib Tes Antigen atau PCR



REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja