Apa Itu Fat Shaming? Ini Penjelasan dan Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Anna Maria Anggita - Selasa, 5 April 2022
Dampak fat shaming
Dampak fat shaming Aleksey Sergienko

Parapuan.co - Mengkritik bentuk tubuh maupun penampilan seseorang itu menjadi suatu tindakan yang buruk dan sebaiknya dihindari.

Salah satu tindakan mengkritik yang perlu dihindari adalah fat shaming yakni mengkritik dan melecehkan orang yang kelebihan berat badan.

Kritikan tersebut biasanya berisi tentang berat badan maupun kebiasaan makan seseorang, tentunya tindakan ini tidak baik karena dapat menyebabkan korban merasa malu pada diri mereka sendiri.

Hal tersebut sejalan dengan Riset Body Positivity dari PARAPUAN pada 771 responden perempuan.

Hasilnya, sebanyak 39 persen responden dengan tingkat body positivity yang cenderung rendah karena merasa khawatir terkait pendapat orang lain tentang penampilannya.

Seperti dikutip dari Healthline, banyak orang yang melakukan fat shaming dengan tujuan memotivasi orang untuk makan lebih sedikit dan banyak olahraga, sehingga berat badan menjadi turun.

Padahal harus dipahami bahwa fat shaming ini dapat menyebabkan orang gemuk untuk makan lebih banyak akibat stres yang muncul.

Hal tersebut dibuktikan dalam studi Weight Stigma is Stressful. A Review of Evidence for The Cyclic Obesity/Weight-Based Stigma Model.

Studi tersebut mengungkap bahwa diskrimasi dari fat shaming mampu menimbulkan stres dan dapat mendorong korban untuk makan lebih banyak. Akibatnya berat badan korban justru semakin bertambah.

Baca Juga: Psikolog Ungkap Pentingnya Terapi Sensori Integrasi pada Anak dengan Autisme

Kawan Puan, ada risiko lain yang berbahaya bagi korban fat shaming, yakni:

1. Depresi

Orang yang didiskriminasi karena berat badan berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan juga masalah kesehatan mental lainnya.

2. Gangguan makan

Fat shaming bukan membuat orang akan mengatur pola hidup supaya sehat, tapi malah bisa meningkatkan risiko gangguan makan, seperti pesta makan.

3. Harga diri berkurang

Fat shaming juga dikaitkan dengan penurunan harga diri pada korban.

Perlu dicatat bahwa fat shaming yang dapat menyebabkan stres, penambahan berat badan, peningkatan kadar kortisol , dan masalah mental, diskriminasi berat badan bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Seperti yang disebutkan bahwa diskrimanasi berat badan ini dapat meningkatkan risiko depresi, dibuktikan dalam penelitian Associations Between Perceived Weight Discrimination and the Prevalence of Psychiatric Disorders in the General Population.

Baca Juga: Dampak Citra Tubuh Negatif dari Medsos, dari Gangguan Makan hingga Kecemasan

Bukan hanya sekadar depresi, tapi korban fat shaming mungkin akan berpikiran untuk bunuh diri. 

Kondisi tersebut diungkapkan dalam studi Extreme Obesity is Associated with Suicidal Behavior and Suicide Attempts in Adults: Results of A Population-Based Representative Sample.

Penelitian tersebut mengungkap depresi adalah salah satu penyebab utama peningkatan risiko bunuh diri.

Di mana obesitas parah dikaitkan dengan risiko perilaku bunuh diri 21 kali dan risiko percobaan bunuh diri 12 kali lebih besar.

Dari ulasan di atas dipahami bahwa bentuk intimidasi fat shaming ini tidak hanya menyebabkan penambahan berat badan tetapi juga terkait dengan depresi, gangguan makan , penurunan harga diri, dan peningkatan risiko berbagai masalah mental dan fisik lainnya.

Oleh sebab itu, penting sekali untuk menyadarkan semua orang bahwa fat shaming itu sebaiknya jangan dilakukan.

Yuk segera sadarkan lingkungan sekitarmu kalau fat shaming itu buruk. (*)

Sumber: Healthline
Penulis:
Editor: Arintya


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja