Parapuan.co - Nama grup band metal perempuan asal Garut, Voice of Baceprot sudah begitu dikenal di kancah internasional.
Sudah berbagai festival internasional dihadiri oleh Firdda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bass), dan Euis Sitti Aisyah (drum).
Berbagai judul lagu telah mereka hasilkan dengan beragam pesan yang ingin disampaikan.
Dalam podcast Cerita Parapuan Episode 21, ketiga perempuan berusia 21 tahun ini menceritakan bagaimana musik menjadi ruang aman bagi mereka untuk bersuara.
Sang vokalis Marsya menceritakan, hal tersebut bermula saat mereka duduk di bangku sekolah.
Kala itu, mereka melihat ada banyak ketidakadilan yang terjadi, namun mereka takut untuk menyampaikannya.
"Kayak suara dibatasi, seperti di sekolah, ketika nemu ada ketidakadilan atau ada eror system di situ, kita ga diberikan ruang untuk bersuara atau protes," ujar Marsya.
Dapat dikatakan, ketika menemukan suatu hal yang salah, mereka tidak tahu harus bicara seperti apa dan ke mana.
"Ketika protes langsung, dianggapnya enggak sopan, karena anggapannya mengkritik yang dewasa itu nggak sopan, anak kecil tahu apa," lanjut Marsya.
Baca Juga: Begini Cara Member Voice of Baceprot Menjadi Support System Masing-masing
Kemudian, berdasarkan pengakuannya, saat menemukan musik, mereka dapat menyampaikan kritikan tersebut melalui musik yang mereka buat.
"Ketikan nemu musik, kita bisa mengkritik orang tanpa orang itu sadar kalau kita lagi ngomongin dia," tutur Marsya.
Sama halnya dengan Marsya, melalui musik Widi merasa suaranya dapat lebih didengar.
"Widi merasa saat bertemu musik, dirinya akhirnya punya ruang yang menganggap ia ada dan punya kemampuan serta potensi yang dihargai," ujar Marsya saat mencoba menjelaskannya.
Dapat dikatakan, musik membuat Widi merasa punya ruang yang bisa menghargai kemampuan dan potensinya, serta dapat mendengarkan suaranya.
Hal tersebut tak jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh Sitti bahwa ia mengaku dirinya menyukai kebebasan sejak dulu.
"Kalau aku sejak dulu memang menyukai kebebasan, dan melalui musik aku merasakan itu," tutur Sitti dalam Podcast Cerita Parapuan.
Kekuatan untuk tetap bertahan di jalur musik dengan genre metal
Baca Juga: Ada Ruang untuk Bersuara, Ini Cerita Voice of Baceprot Pilih Musik Metal
Marsya, Widi, dan Sitti menceritakan hal yang membuat mereka tetap bertahan dalam jalur musik ini.
Mengingat, ada banyak tantangan yang mereka hadapi, termasuk larangan dari orang tua hingga hujatan dari orang sekitar di awal kariernya dalam bermusik.
Marsya menyampaikan, rasa semangat dan keinginan kuat mereka berasal dari rasa kebahagiaan mereka yang berasal dari musik.
"Rasa semangat itu dateng dari rasa kebahagiaan kita yang ada di musik, jadi saat main musik merasa diri kita berharga banget ya," ujar Marsya.
Tak hanya itu, mereka juga merasa melalui musik, tidak akan ada yang memberikan penilaian buruk pada apa yang mereka lakukan.
"Terus kayak kita mainin apa aja, orang-orang yang khususnya di musik itu enggak judge kita," lanjut Marsya.
Terlebih, jika mereka membandingkan dengan lingkungan tempat mereka dibesarkan.
"Apalagi, kalau kayak di lingkungan kita, misalnya duduk agak kebuka dikit aja langsung dikritik atau apa segala macam, sementara kalau di musik, orang-orangnya lebih santai," tuturnya.
Hal lainnya yang membuat mereka tetap bertahan di musik adalah mereka merasa tidak ada yang salah dengan apa yang orang tua mereka larang.
"Terus merasa, kenapa orang tua menentang, padahal kita merasa enggak ada yang salah dari apa yang kita lakuin dan alasan mereka melarang juga tidak terlalu masuk akal, makanya kita pengen buktiin ke mereka," terang Marsya.
Dapat dikatakan, dorongan kuat untuk tetap bermusik justru berasal dari banyaknya larangan dan kritikan dari orang sekitar yang membuat mereka semakin terpacu untuk bisa membuktikannya.
Baca Juga: VOB Ungkap Pernah Dilarang Orang Tua Main Musik Metal, Diminta Ikuti Jejak Lesti Kejora
(*)