Sejarah Malam Takbiran dan Bacaan Takbir, Berawal dari Dialog Nabi Ibrahim dan Malaikat Jibril

Alessandra Langit - Minggu, 1 Mei 2022
Sejarah malam takbiran dan seruan kalimat takbir
Sejarah malam takbiran dan seruan kalimat takbir Kompas.com

Parapuan.co - Kawan Puan, di malam hari sebelum Idulfitri datang, kita biasanya mendengar rombongan umat muslim berkeliling sekitar rumah.

Kegiatan berkeliling di malam sebelum Idulfitri dikenal dengan nama takbiran, sebuah perayaan yang dilakukan untuk menyambut hari kemenangan.

Setelah puasa selama 30 hari, umat muslim berkumpul dan menyerukan takbir kemenangan.

Nah, di malam takbiran ini, biasanya masyarakat muslim di Indonesia menggelar berbagai kegiatan.

Ada yang berkeliling di jalan raya dan ada yang sembari membunyikan alat musik dengan suara lantang.

Selain itu, banyak juga yang memilih untuk berkumpul dan makan bersama orang-orang tersayang.

Bagi Kawan Puan yang merayakan Idulfitri, malam takbiran ini mungkin menjadi momen yang ditunggu karena kamu bisa merasakan kemeriahan hari raya.

Walaupun sudah menjadi tradisi, banyak dari kita yang belum mengetahui sejarah dan awal mula perayaan dan istilah Takbiran.

Melansir Tribunnewsini sejarah perayaan takbiran dan seruan kemenangan umat Islam.

Baca Juga: Pemerintah Resmi Tetapkan Cuti Bersama Lebaran 2022, Simak Tanggalnya

Sejarah Takbiran

Takbir sendiri adalah kalimat "Allahu Akbar" yang berarti "Allah Maha Besar".

Kalimat tersebut diucapkan berkali-kali dengan maksud untuk mengagungkan nama Allah SWT jelang hari kemenangan.

Sementara takbiran merupakan kegiatan yang dilakukan pada malam 1 Syawal sebagai perayaan kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh.

Perayaan tersebut dilakukan sambil mengucapkan kalimat takbir untuk menyerukan kemenangan umat muslim.

Di zaman Nabi, takbiran saat Idulfitri dimulai sejak Maghrib malam 1 Syawal hingga sampai selesai salat Id.

Diketahui, Rasulullah SAW keluar rumah menuju lapangan sambil bertakbir dan melakukannya hingga selesai salat.

Ternyata kalimat takbir tersebut berawal dari pertemuan Nabi Ibrahim as. dan Malaikat Jibril, lho.

Dalam kitab Nuzhat al-Majalis wa Muntakhab an-Nafais karya Syaikh Abdurrahman ash-Shofuri as-Syafi’i, dikisahkan Nabi Ibrahim as. lama tidak dikaruniai seorang anak.

Baca Juga: 5 Inspirasi Baju Lebaran Kaftan ala Artis Indonesia, Ada Nia Ramadhani

Ia kemudian mengucapkan nadzar kepada Allah SWT bahwa jika ia dikaruniai keturunan, maka ia akan mengorbankannya untuk Allah SWT.

Ternyata nadzar yang diucapkan Nabi Ibrahim as. dikabulkan oleh Allah SWT dan ia pun dikaruniai seorang putra dari istri keduanya, Siti Hajar.

Putra tersebut diberi nama Ismail yang kemudian kita kenal dengan Nabi Ismail as.

Dalam kitab Nuzhat al-Majalis, diceritakan bahwa pada saat Nabi Ismail as. berusia tujuh tahun, Nabi Ibrahim as. baru ditagih nadzarnya oleh Allah.

Nabi Ibrahim as. memenuhi janjinya tersebut kepada Allah untuk menyembelih Nabi Ismail as. di Mina.

Malaikat Jibril datang dan berkata kepada Nabi Ibrahim as. bahwa doa Nabi Ibrahim as. akan dikabulkan Allah SWT karena kesabarannya.

Lalu setelah malaikat Jibril mendengarkan doa Nabi Ibrahim as., maka malaikat menyerukan, "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar."

Lalu Nabi Ismail as. ikut berucap dengan lantang, "Laa ilaaha Illahu Wallahu Akbar."

Kemudian Nabi Ibrahim as., menimpali, "Allahu Akbar Walillahilhamd."

Kalimat tersebut menjadi seruan kemenangan karena umat Islam berhasil menerapkan kesabaran sepanjang bulan Ramadan.

Seruan kemenangan tersebut dikumandangkan setiap malam Takbiran di berbagai negara di dunia, tak hanya Indonesia.

Baca Juga: Anti Gagal dan Tahan Lama, Ini 5 Tips Memasak Mudah Kue Kering Lebaran

(*)

Sumber: tribunnews
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja