Parapuan.co - Di lingkungan masyarakat, perempuan kerap dituntut memenuhi kriteria tertentu, seperti kulit yang putih, tubuh yang langsing, rambut lurus, dan wajah bebas pori-pori.
Beberapa kriteria itu dikenal dengan sebutan standar kecantikan.
Padahal, perempuan dilahirkan dengan bentuk tubuh dan wajah yang berbeda-beda.
Dengan ini, standar kecantikan tentu berdampak negatif pada diri perempuan.
Di mana perempuan jadi sulit menampilkan diri mereka apa adanya.
Perempuan banyak yang menilai tubuh mereka secara negatif dan tak jarang berakibat pada ketidakpuasan diri.
Berangkat dari masalah ini, kampanye body positivity hadir untuk meningkatkan rasa percaya diri, memperbaiki kesehatan mental, dan kesehatan fisik bagi setiap orang yang mengalami masalah pada citra tubuhnya.
Membahas penilaian tubuh sendiri, media sosial ternyata mempunyai peran penting bagi para perempuan.
Pasalnya, banyak omongan negatif mengenai tubuh yang tidak sesuai dengan standar kecantikan muncul di media sosial.
Baca Juga: Berdasarkan Riset, Masih Banyak Perempuan Punya Body Positivity Rendah
PARAPUAN telah melakukan riset mengenai body positivity pada 771 responden perempuan berusia 18-35 tahun.
Berdasarkan riset tersebut, media sosial berdampak pada penilaian perempuan pada tubuhnya.
Secara umum, ada 30,9% responden yang mengakui pernah tidak puas dan 4,4% responden yang selalu merasa tidak puas terhadap tubuh sendiri, mengalami gangguan makan, atau depresi akibat penggunaan media sosial/media massa.
Sementara itu, sebanyak 41,5% responden tidak pernah merasakan hal tersebut sedangkan sisanya menjawab kadang-kadang.
Dari presentasenya, sebagian besar masih merasa tidak puas terhadap tubuhnya sendiri akibat sosial media.
Faktor umur juga memengaruhi pemikiran perempuan dalam ketidakpuasan penilaian tubuh akibat media sosial.
Di mana media sosial sangat berpengaruh pada kelompok usia muda dalam penilaian tubuh mereka.
Sebanyak 45,9% responden usia 18-23 tahun mengaku pernah mengalami isu kesehatan mental terkait citra tubuh akibat penggunaan media sosial/media massa.
Sementara itu, kelompok usia yang lebih tua menunjukkan presentasi yang lebih sedikit.
Baca Juga: Berdasarkan Survei, Ini Faktor Paling Memengaruhi Penilaian Perempuan terhadap Tubuh Sendiri
Hal itu ditunjukkan dari responden usia 24 - 29 tahun yang cenderung pernah mengalami masalah kesehatan mental akibat penggunaan media sosial sebanyak 36%.
Namun ada juga yang tidak selalu mengalami masalah kesehatan mental dengan presentase 26,1%.
Sementara untuk usia 30 - 35 tahun, sebanyak 42,5% responden tidak pernah mengalami masalah kesehatan mental akibat penggunaan media sosial.
Melalui hal ini, realita tak dapat dipungkiri jika media sosial bisa memberikan dampak buruk bagi penilaian citra tubuh pada diri perempuan.
Namun, alangkah baiknya bagi perempuan untuk mencintai tubuh kita apa adanya.
(*)