"Lebih banyak uang dikeluarkan di Betawi dibandingkan dengan kebanyakan tempat lain karena pembelian petasan, pakaian, dan makanan pada hari Lebaran," tulisnya.
Saat itu, pembelian pakaian baru memakan banyak biaya bagi anak negeri dan sempat dikritik oleh dua pejabat kolonial, Steinmetz, Residen Semarang dan De Woldd, pejabat Hinda Belanda yang menyebut sebagai "sumber bencana ekonomi".
Alasannya, dua pejabat itu keberatan karena bupati dan pamongpraja bumiputra ikut menggunakan dana pemerintah dalam membeli pakaian baru.
Untuk rakyat jelata yang berbeda dengan pejabat bumiputra, pilihan pakaian dalam membeli pakaian baru lebih terbatas.
"Pakaian Barat ditabukan bagi banyak orang, jika ada pengecualian maka ini berlaku bagi orang-orang yang dekat dengan Belanda," tulis Kees van Dijk dalam Saryng, Jubah, dan Celana: Penampilan sebagai Sarana Pembedaan dan Diskriminasi yang dimuat dalam Outward Appeareances.
Kebebasan rakyat jelata baru hadir disaat memasuki tahun 1900 dan berimbas pada pertumbuhan industri tekstil di Hindia Belanda, dengan mode dan pasar yang lebih banyak.
Dalam hal ini, banyak orang tua yang membelikan pakaian baru untuk anak-anaknya serta orang-orang yang membeli pakaian untuk pasangannya masing-masing.
Pada masa pendudukan Jepang, tradisi membeli baju baru menjadi lebih tersendat.
Pasalnya rakyat memiliki cukup uang namun barang-barang menjadi langka.
Baca Juga: Modis, Ini 5 Rekomendasi Kaftan Model Terbaru untuk Baju Lebaran
Selama masa ini, orang membeli barang dengan pakaian bekas karena susah memperoleh pakaian baru.
Jelang lebaran di masa itu, orang pun banyak mengenakan pakaian lama.
Namun, sejumlah orang yang bekerja untuk Jepang kerap mendapat pembagian tekstil.
"Pembagian tekstil bagi pegawai ada kalau hari raya, hari lebaran. Jadi yang mau bekerja sama Jepang hidupnya makmur," kata Barkah Alganis Baswedan dalam Di Bawah Pendudukan Jepang: Kenangan Empat Puluh Dua Orang yang Mengalaminya.
Namun, setelah Indonesia merdeka dan keadaan menjadi normal, tradisi membeli baju baru terus berlanjut hingga saat ini.
Nah, apakah Kawan Puan juga mengikuti tradisi membeli baju baru di lebaran tahun ini? (*)