3. Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna
Kasus atau cerita serupa ditemukan pada saat Utari hendak memasuki industri perikanan.
Ada persepsi tentang bagaimana industri perikanan hanya cocok untuk laki-laki, dan tidak sesuai untuk Utari sebagai seorang perempuan.
Hal tersebut tidak hanya muncul di masyarakat, tetapi juga mengakar di keluarganya.
Namun, setelah keterlibatannya dalam industri perikanan, ia telah membuktikan bahwa industri perikanan merupakan industri yang terbuka untuk semua gender.
Utari juga yakin semua orang dapat berkontribusi untuk perbaikan terlepas dari gender-nya. Pandemi pun membawa tingkat kesadaran dan pemahaman yang baik terhadap kesehatan.
4. Levana Sani, CEO Nalagenetics
Sayangnya, dalam hal keterlibatan perempuan dan kesetaraan gender dalam industri kesehatan, menurut pandangan Levana masih rendah.
Baca Juga: Melihat Pentingnya Kesetaraan Gender dan Inklusi dalam Industri Film
Betapa tidak, sebagai contoh, tentang bagaimana uji klinis yang umumnya hanya melibatkan representasi dari pria kulit putih yang sehat.
Hal tersebut mungkin saja menyebabkan kemungkinan yang lebih tinggi akan reaksi obat yang merugikan untuk perempuan.
5. Tamara Wu, CEO Liberty Society
Tamara membagikan kisahnya saat mendirikan Liberty Society, sebuah perusahaan sosial.
Perusahaan sosial ini fokus memberdayakan perempuan yang terkena dampak kekerasan dan kemiskinan ekstrim untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan keputusasaan.
Tamara memberikan gambaran bagaimana perempuan di luar sana masih rentan di masyarakat, terutama hal tersebut disebabkan oleh minimnya pendidikan dan kemampuan ekonomi.
Nah, itulah pandangan 5 pemimpin perempuan tentang pentingnya ekosistem kesetaraan gender di berbagai industri. Menginspirasi sekali, ya? (*)