Awalnya Sutji berencana untuk menggunakan biaya pribadi dengan mengandalkan bonus dari PON XX Papua.
"Harus ikut beberapa pertandingan di luar SEA Games ini, mau pakai bonus tahun kemarin rencananya," cerita Sujti.
Pemerintah daerah menjanjikan bonus tersebut akan dikirimkan ke rekening Sutji pada April 2022 ini, namun hingga kini belum ada uang yang masuk.
Sutji percaya bahwa atlet Indonesia dapat berkesempatan untuk bersaing di laga internasional, melawan atlet global dalam laga berkualitas.
Namun seringkali, para atlet tertahan dengan masalah pendanaan dari pemerintah yang tidak memenuhi harapan.
Perempuan muda ini menyoroti nasib atlet-atlet senior Indonesia yang geraknya terbatas dan berakhir hanya dikenang nama tanpa ada pendanaan dari pemerintah.
"Kita memiliki banyak atlet di Indonesia yang telah menjadi korban dari sistem yang tidak maksimal ini," kata Sutji.
"Jika kita ingin mencetak atlet elite sekelas internasional, program jangka panjang harus menjadi prioritas," tutup Suci.
Rekonstruksi besar-besaran dalam sistem organisasi olahraga di Indonesia adalah solusi terbaik yang ditawarkan oleh Sutji.
Baca Juga: Terpaksa Mundur dari All England 2022, Apriyani Rahayu Cedera Usai Menang Set Pertama
(*)