Dalam hal jenisnya, kebaya terbagi menjadi kebaya Jawa, kebaya Betawi, kebaya Sunda, kebaya Bali, kebaya Madura, dan kebaya Melayu.
Setiap jenis kebaya memiliki ciri khas, misalnya kebaya Jawa dengan ciri khas tempelan kain pada bagian dada yang disebut sebagai kutu baru, perkembangan dari pemakaian kemben.
Sementara itu, kebaya Betawi merupakan akulturasi budaya Cina dan Melayu, sehingga memiliki desain yang sangat variatif.
Adapun kebaya Sunda dan Tasik yang memiliki ciri khas garis leher berbentuk segi lima dan kerah yang tegak, sedangkan kebaya Bali ditandai dengan ciri lengan pendek atau panjang, dilengkapi dengan sebuah selendang.
Kebaya Madura atau kebaya rancongan, memiliki panjang kebaya sampai pinggang dengan bagian bawah meruncing dan potongan serong yang khas.
Terakhir, ada kebaya Melayu dengan desain kain yang panjang, bentuknya mirip dengan kebaya Jawa, namun di bagian tengah identik dengan hiasan peniti atau bros.
Gaya kebaya
Dalam hal gayanya, terdapat sejumlah variasi gaya kebaya, mulai dari gaya keraton, gaya Kartini, gaya Bandung, gaya encim, sampai gaya indo.
Baca Juga: 5 Inspirasi Kebaya Wisuda selain Gaya Modern, Salah Satunya Kebaya Melayu
“Gaya indo adalah kebaya yang sering dikenakan kaum peranakan dan pribumi yang berpendidikan barat, termasuk di dalamnya adalah perempuan Belanda,” jelas Grace kepada Kompas.com, dikutip Rabu (20/4/2022).
Di masa lampau, perempuan Belanda biasanya suka mengenakan sarung berwarna biru dengan tepi kebaya yang dihiasi dengan renda berwarna senada.
Bahan yang dipakai umumnya merupakan voile, pasir, dan antekres yang disambung dengan renda dan tampak menyatu.
Gaya keraton merupakan kebaya yang biasa dipakai di pelaminan, dengan panjang hingga lutut, terbuat dari beludru berwarna hitam, ungu, marun dengan bordir dari benang emas.
Kawan Puan, itulah sejarah dan perkembangan kebaya yang identik dengan sosok RA Kartini. (*)