Parapuan.co - Kawan Puan, Menteri Keuangan RI Sri Mulyani baru saja mengikuti rapat keuangan multinasional G20 di Washington DC, Amerika Serikat, pada Rabu (20/4/2022).
Di tengah-tengah berjalannya rapat, Menteri Keuangan Amerika Serikat Jenet Yellen memimpin aksi walkout saat pejabat Rusia mulai berbicara.
Aksi tersebut merupakan bentuk protes terbaru pihak Barat atas invasi Rusia ke Ukraina yang menewaskan banyak penduduk tak bersalah.
Indonesia, selaku ketua G20 2022, optimis bahwa aksi tersebut tidak akan menganggu pembahasan pada agenda pertemuan hari itu.
Sri Mulyani Indrawati yang memimpin rapat mengatakan bahwa pembahasan masih dapat dilakukan tanpa terganggu oleh aksi walkout.
"Semua anggota melihat G20 sebagai forum yang sangat penting," kata Sri Mulyani, dikutip dari Kompas.com.
"Jadi saya yakin ini tidak akan mengikis kerja sama serta peran G20," lanjutnya.
Sri Mulyani sendiri mengakui bahwa apa yang sedang terjadi di duni asaat ini merupakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dengan tegas, Menkeu Indonesia ini meminta semua pejabat negara untuk melakukan kerja sama demi mengatasi hambatan global ini.
Baca Juga: Indonesia Terpilih Jadi Presidensi G20, Ini Manfaat dan Dampak Ekonomi yang Didapat
Pasalnya, situasi yang genting ini hanya akan menciptakan perpecahan di tengah forum yang harusnya menyatukan pertumbuhan bangsa.
"Ini adalah situasi yang luar biasa," kata Indrawati kepada wartawan pasca pertemuan tersebut.
"Ini bukan bisnis seperti biasanya, sangat dinamis dan menantang," katanya lebih lanjut.
G20 tahun ini diketuai oleh Indonesia dan membahas ekonomi di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, China, India, dan beberapa negara Eropa, termasuk Rusia.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov hadir secara virtual untuk menyampaikan pandangannya soal ekonomi global.
Sebelumnya, pihaknya menyatakan bahwa pertemuan ini lebih baik menghindari politisasi dialog.
Kehadiran pihak Rusia juga memiliki tujuan untuk berpartisipasi dalam diskusi ekonomi global, tanpa ada pembahasan politik.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pun mengatakan bahwa kerja sama global harus dan akan terus berlanjut.
Di tengah gesekan politik, Kristalina menegaskan bahwa berbagai masalah global ini tidak bisa diselesaikan secara individual.
Baca Juga: Jadi Presidensi 2022, Ini Dia Peran Aktif Indonesia dalam Forum G20
Dengan posisi Ukraina yang masih di bawah serangan Rusia ini membuat pertemuan G20 ini dibayang-bayangi oleh propaganda politik.
Agenda pertemuan di Washington DC ini adalah forum pertama sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi pada akhir Februari.
Selain Amerika Serikat, pejabat Inggris dan Kanada juga mengambil bagian dalam boikot.
Tak hanya boikot secara langsung, beberapa negara yang mengikuti rapat secara virtual pun langsung mematikan kamera mereka ketika Rusia berbicara.
Aksi dari negara-negara besar ini memantik ketegangan dalam pertemuan penting G20.
Pertemuan di Washington DC ini awalnya diadakan untuk mengatasi tantangan global.
Meningkatnya utang dan kemungkinan krisis pangan pun menjadi bahasan pokok di rapat ini.
Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini menjadi tantangan sendiri bagi Indonesia selaku Presiden G20 2022.
Indonesia harus mengambil posisi yang tepat sebagai ketua pertemuan agar setiap negara anggota tetap dapat menyampaikan aspirasi tanpa ada propaganda politik.
Baca Juga: Seperti Apa Kiprah dan Posisi Indonesia di G20? Ini Selengkapnya
(*)