Seperti yang diketahui, banyak penari tradisional yang akhirnya beralih profesi dan berhenti menari.
Apalagi, banyak penari tradisional yang nasibnya kurang diperhatikan oleh pemerintah.
"Pemerintah mungkin tidak terlalu memprioritaskan tari dan seni budaya. Mau tidak mau, ya kita sendiri sebagai penari yang melestarikan tari tradisi Bali, yang tadinya sempat redup seperti tari Legong," ujar Putri.
Putri juga bercerita kepada PARAPUAN jika saat ini, tidak banyak orang yang menari Legong.
"Tari Legong pada awal tahun 90an, jarang sekali untuk ditarikan lagi. Kemudian, saya dan teman-teman melihat hal itu, dan Tari Legong akhirnya bangkit kembali," tambahnya.
Selain itu, Putri mengaku jika hambatan profesi penari lebih banyak dirasakan oleh penari yang tinggal di daerah daripada di kota.
"Kami sebagai penari tradisional yang tinggal di Jakarta lumayan diuntungkan dibanding penari-penari yang tinggal di daerah-daerah. Karena pergerakan penari di daerah tantangannya lebih sulit," kata alumni jurusan Hubungan Internasional Universitas Parahyangan tersebut.
Kini banyak penari tradisional yang mengandalkan penari muda untuk terus melestarikan tarian daerah.
"Para penari yang sudah tua, juga bergantung kepada penari-penari yang lebih muda untuk membawa kembali tarian-tarian tradisional ke permukaan."
Baca juga: Ni Ketut Putri Minangsari, Penari Tradisional Bali yang Tertarik Isu Feminisme