Parapuan.co - Dry shampoo kerap jadi penyelamat bagi kita yang tak sempat untuk mencuci rambut atau merasa lepek saat bepergian.
Hanya dengan sekali semprot, rambut lepek atau yang belum sempat dicuci langsung terlihat normal dan mengembang.
Hal ini dikarenakan fungsi dry shampoo yang bisa menyerap keringat dan minyak di kulit kepala serta rambut, sehingga membuatnya menjadi terlihat lebih bervolume.
Lebih dari itu, kini pun makin banyak tersedia jenis dry shampoo, mulai dari spray, mousse, gel hingga powder, yang bisa dipakai sesuai kebutuhan.
Kendati demikian, banyak informasi yang beredar bahwa dry shampoo bisa memberikan efek buruk bagi kesehatan kulit kepala kita. Benarkah demikian?
"Tergantung seberapa sering kamu menggunakannya," jawab William Gaunitz, seorang ahli trikologi dan pendiri Advance Trichology, seperti melansir dari Shape.
Dijelaskan oleh William bahwa dry shampoo mengandung bahan penyerap seperti alkohol dan pati, yang bermanfaat untuk menyerap keringat, lemak, dan minyak dari rambut.
"Tapi untuk membuat rambut lebih bersih dan segar setelah aplikasi dry shampoo adalah hal yang sedikit keliru. Karena (dry shampoo) tidak benar-benar membersihkan rambut atau kulit kepala (tidak seperti sampo yang sebenarnya)," tambah William.
Dengan kata lain, dry shampoo akan menyerap keringat dan minyak tanpa benar-benar menghilangkannya dari kulit kepala kita.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Dry Shampoo untuk Atasi Rambut Lepek saat Lebaran, Mulai Rp30 Ribuan
Dan seiring waktu, penggunaan dry shampoo secara terus-menerus dapat menyebabkan kotoran tertinggal dan menumpuk di kulit kepala, yang dapat menyumbat folikel rambut.
"Hal ini dapat menyebabkan peradangan dan menciptakan iritasi yang dapat menyebabkan kondisi kulit kepala yang tidak sehat," ujar William lagi.
Terutama jika folikel rambut yang tersumbat menjadi meradang, kita mungkin akan mengalami folikulitis, suatu kondisi yang terlihat mirip dengan jerawat dan ditandai dengan kulit yang gatal dan lembut.
Masih menurut William, penggunaan dry shampoo yang berlebihan juga bisa menyebabkan masalah peradangan kulit kepala seperti dermatitis seboroik, karena produk tersebut dapat menjebak jamur.
Sebagai informasi, dermatitis seboroik adalah kondisi kulit inflamasi yang terutama mempengaruhi kulit kepala dan menyebabkan bercak bersisik, kulit merah, dan ketombe yang membandel.
Sementara itu menurut David Adams, seorang haircolorist di Aveda dan pemilik Fourteenjay Salon di New York, mengatakan bahwa penumpukan produk tersebut dapat menghambat pertumbuhan rambut.
"Ketika kamu membiarkan produk penata rambut menempel di kulit kepala selama berhari-hari tanpa mencuci rambut, produk menjadi sangat padat, sehingga bisa menghalangi pembukaan folikel rambut, membatasi jumlah helai yang bisa keluar," ujar David.
"Ini berarti folikel yang dulunya tumbuh tiga atau empat helai, sekarang hanya tumbuh satu atau dua," tambahnya lagi.
Selain berpotensi menghambat pertumbuhan rambut, penggunaan dry shampoo yang berlebihan juga dapat memengaruhi tampilan dan nuansa helai rambut kita.
Baca Juga: 4 DIY Dry Shampoo untuk Kawan Puan yang Sibuk, Mudah dan Praktis!
Terlebih lagi dry shampoo yang mengandung alkohol dapat membuat rambut menjadi kering, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan dan berubah kusam.
Lantas seberapa sering kita bisa menggunakan dry shampoo?
Bila digunakan dalam jumlah sedang, dry shampoo aman untuk semua jenis rambut.
Menurut William tidak apa-apa menggunakan dry shampoo sekali hingga dua kali seminggu, tetapi lebih dari itu meningkatkan kemungkinan mengalami masalah kulit kepala dan rambut.
Sementara di satu sisi, Kawan Puan juga perlu mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melawan penumpukan produk, seperti melakukan eksfoliasi di kulit kepala secara teratur.
Caranya gunakan scrub khusus kulit kepala sekali atau dua kali sebulan atau seminggu sekali jika kulit kepala gatal untuk menghilangkan kotoran yang tertinggal.
(*)
Baca Juga: Tak Biasa! Ini 4 Tips Kecantikan yang Jarang Diketahui Orang