“Dia bukan hanya seorang wartawan senior, tetapi juga sosok yang memiliki keinginan untuk terus belajar,” lanjut Ibrahim.
Dikenal sebagai sosok yang inspiratif
Lahir di Jerusalem pada tahun 1971, Abu Akleh merupakan seorang Nasrani yang dikenal sebagai sosok inspiratif bagi orang-orang di sekitarnya.
Sebelum menempuh pendidikan jurnalistik di Yarmouk University di Jordan, Shireen Abu Akleh pernah belajar di jurusan Arsitektur.
Setelah lulus kuliah, Abu Akleh kembali ke Palestina dan bekerja untuk beberapa media, termasuk di antaranya Voice of Palestine Radio dan Amman Satellite Channel.
Abu Akleh bergabung dengan Jaringan Media Al Jazeera setahun setelah media tersebut diluncurkan pada tahun 1996, sebagai salah satu media jaringan berbahasa Arab yang berbasis di Qatar.
“Saya memilih jurnalistik agar bisa dekat rakyat. Mungkin tidak mudah untuk mengubah kenyataan, tapi setidaknya saya bisa menyuarakan suara mereka ke dunia,” ujar Abu Akleh dalam sebuah video.
Sebagai jurnalis televisi, Abu Akleh meliput berbagai peristiwa besar dan kecil, mulai dari perang Gaza tahun 2008, 2009, 2012, 2014, dan 2021, hingga pembobolan penjara di Israel yang dilakukan enam warga Palestina untuk melarikan diri pada September lalu.
Baca Juga: Sosok Meutya Hafid, Tak Gentar di Daerah Konflik hingga Jadi Ketua Komisi I DPR RI
Sosoknya juga bertanggung jawab untuk meliput berita regional, termasuk perang di Lebanon pada tahun 2006.
“Shireen merupakan inspirasi bagi kita semua,” ungkap Dalia Hatuqa, jurnalis Al Jazeera yang juga merupakan teman dekat Abu Akleh.
Bagi Dalia yang kenal dekat dengan mendiang, Abu Akleh lebih dari sekadar perwakilan Al Jazeera di Palestina.
“Dia memiliki tawa yang menular. Dia suka bepergian, melihat dunia, berbelanja, berpesta.
"Dia kehilangan ibu serta ayahnya ketika masih muda dan melihat banyak sekali kekejaman di dunia, khususnya di Palestina. Tapi dia tidak pernah berhenti bersyukur dan menikmati hidupnya,” pungkas Dalia.
Dalia kemudian menambahkan, “Suaranya indah, bahkan ketika ia harus melaporkan berita yang menyayat hati.”
Tamer Al-Meshal, seorang jurnalis yang saat peristiwa serangan tersebut sedang bersama Shireen Abu Akhel mengatakan bahwa perempuan tersebut merupakan panutan bagi jurnalis Palestina dan Arab.
“Hingga akhir hayatnya, dia merupakan sosok yang profesional dan tekun dalam pekerjaannya,” tutup Al-Meshal. (*)