Mengenal Scaffold Parenting, Pola Asuh yang Ajarkan Anak Belajar dari Kesalahan

Ericha Fernanda - Jumat, 13 Mei 2022
Karakteristik scaffold parenting
Karakteristik scaffold parenting Erdark

Parapuan.co - Seiring waktu, pola asuh anak semakin beragam dan menarik untuk dipelajari para orang tua.

Kabar baiknya, tren pola asuh semakin positif dan meninggalkan pola asuh yang berbasis kekerasan pada anak.

Didasarkan pada karya psikolog Lev Vygotsky dari awal 1900-an, scaffold parenting bisa menjadi pola asuh yang diterapkan orang tua pada anak.

Scaffold parenting adalah pola asuh yang membantu anak mengelola tugas yang tidak dapat mereka tangani sendiri.

Hal ini membutuhkan kebijaksanaan orang tua tentang kapan harus memberi bantuan dan membiarkannya melakukan kesalahan.

Adanya kesalahan dapat dijadikan sarana belajar bagi anak untuk mengetahui dampak dan cara memperbaikinya.

Scaffold parenting adalah pola asuh yang memungkinkan anak untuk belajar dari kesalahan mereka,” kata Julian Lagoy, MD, seorang psikiater dari Mindpath Health, mengutip Fatherly.

Dari perspektif perkembangan anak, lanjut dr Julian, scaffold parenting membantu anak mengembangkan kebajikan yang lebih baik dalam hidupnya.

Ada lima karakteristik scaffold parenting yang dapat membantu orang tua membesarkan anak-anak yang tangguh. Yuk, simak!

Baca Juga: Mengenal Gentle Parenting dan Pola Asuh Anak Lainnya, Apa Bedanya?

1. Empati

Saat keadaan menjadi sulit, orang tua yang berempati menyampaikan kepada anak bahwa mereka tidak akan meninggalkannya.

Sehingga, anak mengerti bahwa mereka tidak dibiarkan menderita sendirian dan memiliki orang tua yang membantu memproses ketidaknyamanannya.

“Hal ini mengajarkan anak memahami kesalahannya karena orang tua selalu hadir untuk mendukungnya,” kata dr Julian.

2. Validasi

Ketika anak-anak mengalami kegagalan, memvalidasi upaya mereka adalah cara bagus untuk memberikan umpan positif.

Akui semua emosi yang dirasakan anak dan perjuangan yang telah mereka lakukan untuk mencapai sesuatu.

“Validasi membantu anak membangun kepercayaan diri, mendorong untuk terus belajar, dan membuat lebih banyak kesalahan untuk dipelajari pada akhirnya,” imbuhnya.

Baca Juga: Mengenal Wise Parenting, Pola Asuh Anak yang Bijaksana dan Efektif

3. Intervensi

Intervensi atau campur tangan orang tua saat anak mengalami kesulitan sangatlah penting, tetapi tetap atur batasan.

Alih-alih memperbaiki situasi akibat semua kesalahan anak, carilah kesempatan untuk memberikan waktu pada anak mengatasinya sendiri.

“Saat anak mengalami kesulitan, bantu anak berhenti sejenak, merenung, lalu memecahkan masalah dengan caranya sendiri,” kata dr Julian.

4. Struktur

Memberi anak-anak jadwal teratur adalah alat yang membantu menumbuhkan kemandirian dengan mengatur waktu mereka.

“Memiliki rutinitas dan jadwal sangat bagus untuk anak-anak karena mengajarkan ketertiban dalam hidup mereka,” tutur dr Julian.

Saat menyusun jadwal, jangan lupa melibatkan pendapat anak agar mereka tidak kewalahan saat menjalankan rutinitasnya.

Baca Juga: Bikin Lebih Percaya Diri, Ini 6 Cara Memuji Anak yang Benar

5. Dorongan

Ketika anak-anak mengalami frustrasi atau kegagalan, mereka membutuhkan dukungan untuk membantunya bangkit kembali.

Mengekspresikan dukungan pada anak dapat membantu membangun kepercayaan diri ketika mereka tidak percaya pada diri mereka sendiri.

Nah, itulah karakteristik scaffold parenting sebagai pola asuh positif untuk diterapkan pada anak ya, Kawan Puan. (*)



REKOMENDASI HARI INI

Ada Budi Pekerti, Ini 3 Film Indonesia Populer yang Bertema Guru