Hati-Hati Kalap, Ini Tips Hemat Beli Furnitur di Toko Barang Bekas

Ratu Monita - Minggu, 15 Mei 2022
Tips hemat beli perabotan rumah bekas.
Tips hemat beli perabotan rumah bekas. BUKET TOPAL

3. Perhatikan kualitas barang

Jika sudah mengetahui apa yang akan dibeli, perhatikan kualitas barang yang ada di toko.

Untuk bantu membedakan barang bekas berkualitas dari barang yang dibuat lebih murah, Steck menyarankan menggunakan indra peraba.

"Saya selalu mengelus-elus pakaian untuk merasakan bahan sutra, linen, dan 100 persen katun," ujarnya.

Rasakan bahan, tekstur, dan berat barang untuk membantu menentukan nilainya dan berapa lama barang akan bertahan setelah dibeli.

4. Sesuaikan pencarian saat berbelanja barang bekas secara online

Jika mencari sesuatu yang sangat spesifik, pencarian online sering kali menjadi pilihan yang efisien daripada menyisir berbagai toko barang bekas.

Dengan berbelanja barang bekas di situs belanja online kamu dapat menentukan dengan tepat apa yang dicari dan mengatur peringatan untuk barang-barang tersebut.

"Tentukan gaya, merek, atau jenis barang yang dicari dan coba atur pemberitahuan untuk berbagai kata kunci yang serupa (seperti "sofa") agar tidak melewatkan," ucap Steck.

5. Periksa apakah mendapatkan harga yang wajar

Potongan harga yang ditawarkan toko barang bekas memang begitu menggiurkan, tapi pada dasarnya harga barang dapat sangat bervariasi antara berbagai toko barang bekas.

Biasanya, barang bekas memiliki harga kurang dari setengah harga barang eceran baru dan kamu dapat menemukan penawaran dengan harga lebih murah dari biaya awal.

Berapa pun harganya, pastikan itu sesuai dengan nilai yang kamu rasakan dari barang tersebut.

Jika tidak yakin berapa harga yang pantas, lakukan pencarian cepat di Google dan lihat barang serupa (baik bekas atau baru) yang dijual secara online.

Nah, itulah tips hemat dalam membeli furnitur di toko barang bekas, semoga membantu! 

Baca Juga: 5 Alasan Skor Kredit Penting, Terutama untuk Mengajukan Pinjaman

(*)

 



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?