3. Mensyukuri yang telah dimiliki
Jika kita percaya bahwa hidup tidak bekerja melawan kita tetapi untuk kita, jika kita pada dasarnya menginginkan apa yang kita dapatkan daripada terus-menerus melawannya, hidup kita dipenuhi dengan peluang.
Masalah menjadi pelajaran potensial yang pada akhirnya dapat membantu kita menyadari apa yang kita butuhkan, mencapai potensi kita, mengarungi kehidupan sehari-hari dengan lebih lancar.
4. Berpikir rasional bukan sekedar mengandalkan emosi dan perasaan
Stoa membuat perbedaan antara emosi dan perasaan. Perasaan adalah sensasi yang dapat membanjiri kita, menciptakan kecemasan dan keputusasaan, dan umumnya berlalu dengan cepat seperti badai yang bergerak cepat.
Emosi lebih tahan lama, reaksi yang merupakan informasi berharga tentang keinginan dan kebutuhan sehari-hari.
Idealnya kamu ingin menggunakan emosi sebagai informasi, dan menggabungkannya dengan akal, emosi sebagai dasar informasi, lalu menjalankannya melalui filter akal untuk mencari cara bagaimana menerapkan informasi itu. Sekali lagi, ini adalah dasar dari terapi perilaku-kognitif.
5. Hidup di masa sekarang
Stoa ingin kita sadar bahwa kematian selalu ada di depan mata, jadi penting untuk menghargai dan menikmati saat ini.
6. Berani mengambil risiko
Mengambil risiko tidak berarti menjadi bodoh dan sembrono tetapi bersedia untuk memperluas zona nyamanmu.
Mencapai potensimu melibatkan melakukan hal-hal yang belum pernah kamu lakukan sebelumnya, bergerak maju terlepas dari kecemasanmu yang dapat dimengerti. Dengan melakukan itu,kamu tidak hanya memperluas duniamu, tetapi juga memperluas citra diri dan kepercayaan dirimu.
Baca Juga: Mengenal ADHD, Gangguan Kesehatan Mental yang Dialami Emma Watson
(*)