Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.
"Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar," ungkap Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia.
Riset HILL ASEAN membuktikan bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh besar terhadap perkembangan fandom di ASEAN dan Jepang.
Selain itu, riset ini juga mematahkan stigma bahwa budaya fandom hanya berlaku bagi penggemar Kpop.
Kelompok penggemar juga dapat diterapkan untuk brand maupun kegiatan lain seperti memasak.
Fandom sendiri dilihat sebagai bentuk masyarakat ideal atau utopia, dimana semua anggota sama sejajar dan tidak ada hierarki.
Dalam fandom, anggotanya berkomunikasi dengan bebas, tidak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, maupun status ekonomi dan sosial.
Keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi.
Apakah Kawan Puan termasuk fangirl yang bergabung dalam fandom di masa pandemi Covid-19?
Baca Juga: Dianggap Remaja Labil hingga Diremehkan, Berikut Anggapan Salah Mengenai Seorang Fangirl
(*)