Parapuan.co - Sebelum kamu memulai bisnis startup, tentu kamu mempertimbangkan perbedaannya dengan bisnis rintisan konvensional.
Pasalnya, startup mengutamakan perkembangan dan pertumbuhan yang cepat dan semaksimal mungkin. Baik dari sisi perusahaan maupun manusia di dalamnya.
Namun, tidak bisa dimungkiri terkadang bisnis startup juga bisa punya masalah hingga ada di titik stagnan, bukannya meraih kemajuan malah kemunduran.
Nah, melansir Startups.com, ketika startup sampai di fase tersebut, maka yang harus dilakukan adalah melakukan pivot atau yang bisa diartikan sebagai poros.
Bahkan, dalam salah satu episode di film serial HBO bertajuk Silicon Valley (SV), pivot disinggung oleh Jared, salah satu karakter yang bergabung dalam startup Pied Piper.
"Banyak startup yang sukses diluncurkan dengan model bisnis berbeda, dan ketika mengalami masalah, mereka beralih ke sesuatu yang baru," ujar Jared.
"Kita punya nama yang bagus, memiliki tim yang hebat. Kita memiliki logo yang bagus, dan kami memiliki nama yang bagus. Sekarang kita hanya butuh ide. Mari berporos," tambahnya.
Namun, sebenarnya apa itu pivot untuk bisnis startup? Mengapa melakukan poros bisa menyelamatkan bisnis startup?
Pada dasarnya, pivot adalah perubahan dalam strategi bisnis untuk menguji pendekatan baru terkait model bisnis atau produk startup setelah menerima feedback langsung.
Baca Juga: Experienced Hire, Cek Lowongan Kerja Startup Shopee sebagai SEO Specialist
Pasalnya, hal ini pun menjadi salah satu konsep dasar metode lean startup, di mana tujuannya adalah meminimalkan sumber daya.
Jika kamu pun menggunakan metode ini untuk bisnis startup kamu, maka Kawan Puan disarankan untuk mempertanyakan segalanya, mulai dari ide awal hingga fitur yang ingin ditambah.
Dalam prosesnya, pemilik bisnis startup akan menemukan minimum viable product (MVP) atau standar kelayakan minimum produk untuk dilempar ke beberapa konsumen guna diuji.
Meski standar ini kadang sangat minimalis, feedback yang diterima akan membantu pengusaha untuk mempelajari dan memahami apa yang berhasil dan tidak untuk mencari arah tujuan.
Tak sampai situ, pengusaha akan berulang kali berproses hingga bisa mengubah standar tersebut menjadi bisnis yang berkelanjutan.
Bahkan, tak jarang feedback yang didapat mengarahkan mereka untuk mengubah poros startup dari satu ide atau pasar ke hal lain untuk mencari produk terbaik.
Selaras dengan itu, melansir laman FI.co, berporos atau melakukan pivot diartikan sebagai beralih ke strategi baru dan kerap diyakinan membutuhkan perubahan drastis ke seluruh perusahaan.
Akan tetapi, hal itu tidak selalu terjadi. Kadang, sebuah perusahaan atau bisnis hanya punya satu masalah yang perlu diatasi sehingga hanya satu aspeklah yang diubah.
Lantas, seperti apa contoh atau bentuk pivot startup?
Baca Juga: Berpengalaman Urus KOL? Cek Lowongan Kerja Startup dari Bibit Ini
1. Mengubah satu fitur produk menjadi produk itu sendiri, menghasilkan penawaran yang lebih sederhana dan lebih efisien.
2. Kebalikan dari poin sebelumnya juga dianggap sebagai pivot, di mana satu produk diubah menjadi fitur dari rangkaian fitur yang lebih besar sebagai bagian dari produk lain.
3. Berfokus pada sekumpulan pelanggan yang berbeda dengan memposisikan perusahaan ke dalam pasar baru atau vertikal.
4. Mengubah platform, katakanlah, dari aplikasi ke perangkat lunak atau sebaliknya.
5. Menggunakan model pendapatan baru untuk meningkatkan monetisasi. Misalnya, perusahaan menemukan bahwa model pendapatan berbasis iklan lebih menguntungkan daripada yang gratis.
6. Menggunakan teknologi yang berbeda untuk membangun suatu produk, seringkali untuk mengurangi biaya produksi atau menciptakan produk yang lebih andal.
Itu hanya beberapa contoh pivot startup yang kerap kali tidak terlihat sebagai sebuah poros. Namun, ada banyak bentuk yang bisa dilakukan.
Sebelum melakukan pivot, Kawan Puan juga perlu mempertimbangkan waktu atau momen yang tepat untuk melakukannya, ya.
Baca Juga: Penasaran Urus Media Sosial Gojek? Simak Lowongan Kerja Startup Ini!
Semoga membantu! (*)