Namun, tidak semua screen time dapat disamakan karena harus disesuaikan dengan perangkat elektronik yang digunakan.
Semisal screen time saat menonton TV sembari melakukan aktivitas lain jelas berbeda dengan waktu layar orang-orang yang menyaksikan film.
“Video chat, rapat, dan berinteraksi dengan orang-orang melalui layar sangat berbeda dari duduk dan menonton sesuatu.” Hal tersebut dijelaskan oleh dokter anak asal Cleveland Clinic, Noah Schwartz, MD, sebagaimana dilansir dari Health Cleveland Clinic.
Perhatikan usia anak
Usia anak juga menjadi pertimbangan lain untuk menerapkan batasan screen time.
Sebagai contoh, anak di bawah usia 18 bulan sebaiknya benar-benar dibatasi jumlah screen time-nya.
Di Amerika Serikat, The American Academy of Pediatrics turut merekomendasikan screen time seminimal mungkin bagi anak yang berusia 18-24 bulan.
Sementara untuk anak yang berusia 2-5 tahun, screen time-nya bisa dibatasi dengan durasi selama satu jam dalam sehari.
Pentingnya menetapkan batasan screen time bagi anak dapat bermanfaat untuk tumbuh-kembang si kecil.
Karena anak masih membutuhkan komunikasi dua arah dan belum mendapat manfaat penuh dari secreen time.
“Anak belajar dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitanya. Anak mencari hubungan emosional yang responsif dan mencoba memahami isyarat sosial,” kata Noah.
Di sisi lain, Noah turut meminta orang tua mengawasi anaknya saat menggunakan gadget supaya batasan screen time tidak dilanggar.
Baca Juga: Kuncinya Komunikasi, Ini 5 Tips Atasi Generation Gap antara Orang Tua dan Anak
(*)