Asperger's Syndrome merupakan sindrom perkembangan individu yang susah untuk berinteraksi sosial dan komunikasi non verbal.
Meski orang-orang menganggap penyakitnya aneh, Greta justru merasa jika penyakitnya adalah kekuatan supernya.
Aksi protes Greta
Greta diketahui sudah menyuarakan isu lingkungan sejak usia anak-anak, yakni 8 tahun.
Ia mengaku bertanya-tanya mengapa orang tidak beraksi jika sudah tahu dampak krisis iklim dan lingkungan.
“Saya ingat saya berpikir bahwa ini sangat aneh. Kita bisa mengubah seluruh wajah Bumi dan atmosfer yang menjadi rumah kita. Oleh karena kita bisa melakukan ini, kenapa tidak ada yang peduli?," ujar Greta dikutip dari wawancaranya dengan guardian yang tayang di Kompas.com.
Selain itu, Greta juga pernah memenangkan kompetisi esay tentang perubahan iklim di koran lokal pada Mei 2018.
Tiga bulan kemudian, ia mulai melakukan demonstrasi di depan Gedung Parlemen Swedia.
Ia mengancam untuk tidak berhenti sampai pemerintah Swedia mengeluarkan keputusan mengenai target pengurangan emisi karbon, sesuai dengan Paris Agreement tahun 2015.
Baca juga: Dian Wanni, Upaya dan Harapan untuk Dukung Sesama Perempuan di Lingkungan Kerja
Aksi Greta mendunia
Keberanian Greta menyuarakan aspirasinya, memunculkan banyak gerakan lingkungan di berbagai belahan dunia ikut menyuarakan pemikiran mereka.
Beberapa aksi serupa juga dilakukan oleh remaja-remaja di berbagai belahan dunia lewat pesan dalam tagar #FridaysForFuture.
Bahkan lebih dari 20.000 siswa di berbagai belahan dunia mengikuti jejak Greta sebagai aktivis lingkungan.
Termasuk siswa di Australia, Inggris Raya, Belgia, AS, dan Jepang.
Kawan Puan, demikian tadi seluk beluk mengenai sosok Greta Thunberg.
Apakah kamu juga tertarik menjadi seorang anak perempuan seperti Greta Thunberg?. (*)