Hal tersebut berlanjut pula saat ia kuliah di University of California, Berkeley, Amerika Serikat dengan studi Teknik Mesin dan Ilmu Material.
Jurusan yang diambil Fanda kembali mempertemukannya dengan lingkungan yang didominasi lelaki.
Alih-alih mendapat perlakuan negatif, teman-temannya Fanda saat itu menjaganya sebagai perempuan, lho.
Usai sekolah menyelesaikannya studinya, Fanda juga bertemu dengan lingkungan yang tak berbeda, Kawan Puan.
Perempuan berusia 50 tahun itu sempat bekerja di sebuah industri yang bergerak di bidang semi konduktor, riset, dan telekomunikasi yang berada di Sillicon Valley di kota Fremount, California.
"Tidak banyak perempuan. Jadi saya mungkin sudah terbiasa dengan lingkungan seperti ini, tidak merasa canggung atau apa," ujar perempuan tersebut.
Selama bekerja di salah satu perusahaan Sillicon Valley, Fanda mengalami pengalaman yang baik.
Melihat dari caranya mengarahkan tim, rekan kerja yang didominasi lelaki justru memuji Fanda memimpin tim.
"Mungkin ada dalam engineering, satu tim 9 laki-laki , 1 perempuan. Untuk 1 perempuan yg bisa memimpin itu suatu perbedaan (di Indonesia). Beruntung di Amerika itu sangat mendorong perempuan. Jadi beberapa proyek yang saya tangani itu, mereka respect ," cerita perempuan berusia 50 tahun ini.
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Pembauran Energi Terbarukan Menurut Fanda Soesilo