Parapuan.co - Kawan Puan mungkin pernah merasakan kesemutan.
Namun, jika rasa kesemutan yang tak kunjung hilang atau sering datang tanpa sebab, itu bisa jadi tanda adanya neuropati.
Neuropati merupakan kerusakan atau disfungsi satu atau lebih saraf yang biasanya mengakibatkan mati rasa, kesemutan, kelemahan otot dan nyeri di daerah yang terkena.
Neuropati sering dimulai di tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh juga dapat terpengaruh.
Neuropati, sering disebut neuropati perifer, menunjukkan masalah dalam sistem saraf perifer.
Sistem saraf tepi adalah jaringan saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.
Otak dan sumsum tulang belakang Anda membentuk sistem saraf pusat.
Dalam rangka memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, P&G Health didukung oleh Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) memperkenalkan kampanye 'Feel Life' yang terdiri dari rangkaian program termasuk simposium medis profesional kesehatan, edukasi publik dan kampanye media sosial, serta pemeriksaan gejala neuropati gratis melalui roadshow Neuropati Check Point (NCP).
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Ditjen Kesmas), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Imran Agus Nurali, SpKO., mengungkapkan kurangnya aktivitas fisik masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Ini Gejala Neuropatik Diabetik yang Sering Disepelekan dan Cara Mencegahnya
“Berdasarkan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018, proporsi penduduk Indonesia yang kurang aktivitas fisik meningkat dari 26,1% pada 2013 menjadi 33,5% pada 2018.
"Artinya 1 dari 3 orang menjalani gaya hidup sedentari dan hal ini berpotensi meningkat selama pandemi yang dapat berisiko terhadap penyakit tidak menular (PTM) termasuk kerusakan saraf. Peningkatan kasus PTM secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah, karena penanganannya membutuhkan banyak waktu, biaya besar dan teknologi tinggi,” ungkap dr. Imran di acara Press Conference Neuropathy Awareness Week 2022, Senin (20/6/2022).
dr. Imran juga memperingatkan Kawan Puan yang suka rebahan untuk lebih waspada terkena neuropati.
Pasalnya, kurang bergerak bisa menjadi salah satu faktor risiko mengalami kerusakan saraf tersebut.
Lebih lanjut, dr. Imran Agus Nurali, SpKO mengatakan, kampanye edukasi masyarakat dan deteksi dini PTM adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengendalikan faktor risiko.
"Masyarakat dihimbau untuk menjadikan CERDIK dan GERMAS sebagai bagian gaya hidup mereka. Kami juga percaya bahwa inisiatif dari pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk terus mengingatkan publik tentang masalah ini. Kami sangat menghargai P&G Health atas komitmen mereka untuk mengedukasi tentang neuropati dan kesehatan saraf secara umum. Upaya ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan neuropati yang tepat,” ujarnya.
Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI): dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), menjelaskan, saraf tepi atau perifer menghubungkan sistem saraf pusat dengan semua bagian penting tubuh.
"Neuropati adalah gangguan pada sistem saraf tepi yang bisa terjadi akut ataupun kronis, dengan gejala umum seperti kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.
"Penyebab gangguan saraf tepi dapat terjadi karena penyakit tertentu, kondisi fisik, usia lanjut, dan kurangnya asupan nutrisi," jelasnya.
Baca Juga: Mengenal Glaukoma, Kerusakan Saraf Mata Akibat Tekanan Tinggi dalam Bola Mata
dr. Manfaluthy mengungkapkan bahwa vitamin B berperan penting karena mampu meregenerasi sel saraf sehingga asupan vitamin B harus tercukupi untuk menjaga kesehatan saraf tepi.
"Deteksi dini sangatlah penting agar pengobatan lebih awal dapat dilakukan termasuk pemberian vitamin neurotropik.
"Hal tersebut bertujuan untuk mencegah dampak neuropati yang lebih berat, karena kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50% serabut saraf telah rusak," terangnya.
Ia juga menjelaskan bahwa penyakit ini bisa dialami oleh siapa saja di segala usia.
"Setiap orang memiliki potensi risiko gejala neuropati, karena itu Neuropathy Awareness Week menjadi waktu yang tepat untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan mencegah dampak bahayanya,” tambahnya.
Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani mengatakan, Neuropathy Awareness Week merupakan momentum untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang neuropati yaitu penyakit kronis yang mempengaruhi sistem saraf tepi, dengan gejala umum seperti kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang.
"P&G Health terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat dan tenaga profesional kesehatan tentang pentingnya kesehatan saraf, deteksi dini neuropati, dan mendorong masyarakat untuk segera mendapatkan perawatan yang tepat. Oleh karena itu, kami dengan bangga mengumumkan kampanye ‘Feel Life' dalam rangka memperingati Neuropathy Awareness Week 2022 sekaligus mengajak masyarakat untuk lebih menyadari pentingnya kesehatan saraf, deteksi dini neuropati perifer & mendapatkan pengobatan yang tepat,” kata Anie.
Kampanye 'Feel Life' berangkat dari gejala yang dialami oleh mereka yang menderita neuropati, dimana mereka tidak dapat merasakan kenyamanan saat melakukan aktivitas rutin, sehingga berdampak pada kondisi fisik dan kesehatan mental mereka.
Kampanye ini dilakukan selama Mei-Juni 2022 dengan rangkaian program antara lain simposium medis tenaga profesional kesehatan bersama IDI, Perdossi, dan PAPDI menargetkan lebih dari 4.000 dokter, edukasi masyarakat & kampanye media sosial tentang neuropati melalui akun resmi Neurobion @NeurobionID, dan roadshow Neuropati Check Point (NCP) di 5 titik di Jakarta yang meliputi pemeriksaan kesehatan saraf gratis dan konsultasi dengan praktisi kesehatan.
“Melalui kampanye ini, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran tentang bagaimana gejala neuropati perifer dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang serta mendorong mereka untuk mendapatkan pengobatan tepat dan 'merasakan hidup',” tutup Anie Rachmayani.
Baca Juga: Saraf Kejepitnya Kambuh, Hanung Bramantyo Sampai Tak Bisa Tidur hingga Rasakan Gejala Ini
(*)