Parapuan.co - Memiliki keturunan adalah hal yang didambakan para pasangan suami dan istri.
Baik ayah dan ibu, keduanya memiliki kontribusi dan peran yang sama dalam proses memiliki keturunan.
Hal itu turut disampaikan oleh dr. Azhar Nurbahri, MD selaku General Manager Medical Business & Operations Morula Indonesia.
"Selama ini kita lihat, nggak punya anak yang disalahin istrinya. Tapi ternyata kita melihat kontribusi calon ayah dan ibu sama," ucap Azhar dalam acara Sehangat Harapan Ibu di RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat.
Diketahui ada 3 faktor utama yang mempengaruhi pasangan sulit untuk memiliki keturunan.
"Dari faktor sperma, usia, dan kesehatan," ujar Azhar.
Menurutnya, faktor pertama adalah kualitas sperma dari pihak laki-laki atau calon ayah.
Kita lihat dulu dari ayah, yang paling sering masalahnya dari sperma. Karena itu jadi masalah buat laki-laki yang membuat sulit untuk memiliki keturunan," kata dia.
Namun tidak menutup kemungkinan, pihak perempuan atau calon ibu juga bisa memiliki berbagai faktor lain.
Baca Juga: Berpengaruh pada Tumbuh Kembang si Kecil, Ini Tips Asupan Nutrisi untuk Ibu Hamil dan Menyusui
Menurutnya, faktor usia yang lebih tua pada perempuan bisa membuat pasangan lebih sulit untuk memiliki anak.
"Sementara dari pihak perempuan, calon ibu yang paling jadi faktor adalah usia. Orang kawinnya usia 30, 35, itu jadi masalah. Kemudian ada tanda-tanda seperti endometriosis atau PCOS," katanya.
Dikutip dari situs resmi Morula, endometriosis adalah kondisi ketika jaringan tumbuh dan menumpuk di luar rahim yang seharusnya jaringan tersebut melapisi dinding rahim (endometrium) tumbuh dan menumpuk di luar rahim.
"Jaringan dinding akan menebal ketika mengalami masa subur sebagai persiapan jika calon janin dapat menempel pada rahim yang terjadi pembuahan," ujar situs tersebut.
Namun, jika tidak terjadi pembuahan endometrium yang akan menebal dan saat itulah wanita mengalami menstruasi.
Sementara itu, Sindrom Ovarium Polikistik atau yang biasa disingkat PCOS adalah gangguan hormonal yang menyebabkan ovarium dengan kista kecil di tepi luar, kadar hormon laki-laki lebih tinggi, dan siklus menstruasi yang tidak teratur atau bolong-bolong.
Sel telur yang belum matang pada folikel adalah penyebab jumlah kista terlalu banyak pada ovarium.
Hal itu menyebabkan sel telur tidak akan pernah matang sehingga tidak ada rangsangan ovulasi.
Baca Juga: Ini Hal-Hal yang Wajib Dilakukan Ibu Hamil ketika Terjangkit DBD
Adapun faktor ketiga adalah second chance barrier. Ini adalah kondisi dimana pasangan mengalami perubahan kondisi.
"Jadi pernah nih punya anak. Tapi 3-5 tahun kok nggak punya anak lagi.Ternyata ada perubahan, ibunya semakin tua. Reproduksinya akan semakin berkurang setelah punya anak," papar Azhar.
"Kemudian ada faktor suaminya. Suaminya yang mungkin sekarang tidak punya masalah dengan sperma sekarang karena faktor usia lalu dari suaminya punya masalah di sperma," lanjutnya.
Menurut Azhar masalah-masalah yang dipaparkan diatas paling sering terjadi, Kawan Puan.
Untuk itu, perlu bagi pihak perempuan dan laki-laki untuk memperhatikan kondisi kesuburan. (*)