Parapuan.co - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan wabah virus cacar monyet belum menjadi darurat kesehatan global, (25/6/2022).
Meski begitu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan keprihatinannya terhadap wabah tersebut.
"Saya sangat prihatin dengan wabah cacar monyet, yang jelas menjadi ancaman kesehatan yang berkembang saat ini," kata Tedros, mengutip Reuters.
Menurut WHO, ada lebih dari 3.200 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi dalam enam minggu terakhir dari 48 negara.
Apa Itu Cacar Monyet?
Melansir laman Kemenkes RI, cacar monyet (monkeypox) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis).
Kondisi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan 'monkeypox'.
Cacar monyet dapat ditularkan dari hewan seperti monyet dan hewan pengerat (rodent) melalui kontak langsung dengan darah.
Selain itu, cacar monyet bisa ditularkan lewat cairan tubuh atau lesi kulit hewan yang terinfeksi dan mengonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi (bush meat).
Baca Juga: 4 Fakta Cacar Monyet, Mulai Cara Penularan hingga Gejalanya
Kemudian penularan antar manusia dapat melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi.
Tenaga kesehatan, orang yang tinggal serumah, dan kontak erat lain merupakan orang yang berisiko tinggi.
Ada pun penularan cacar monyet juga terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin atau kontak selama persalinan.
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) cacar monyet biasanya 6 – 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari.
Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Dalam 1-3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit biasanya dimulai dari wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap.
Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.
Fase erupsi biasanya memerlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok.
Baca Juga: 5 Klasifikasi Kasus Cacar Monyet yang Ditetapkan Kemenkes, Apa Saja?
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari.
Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi.
• Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.
• Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata, dan membatasi jajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.
• Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita.
• Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).
• Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet segera memeriksakan diri jika mengalami gejala dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan.
• Petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker, dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
Nah, itulah penjelasan tentang cacar monyet beserta gejala dan cara mencegahnya ya, Kawan Puan.
Stay healthy!
Baca Juga: Cacar Monyet atau Monkeypox Kembali Menyebar, Ketahui Fakta-faktanya
(*)