Terinspirasi dari Citayam Fashion Week, Ini 5 Fakta Kayutangan Street Style di Malang

Ratu Monita - Minggu, 24 Juli 2022
Muda-mudi Malang yang mengikuti kegiatan Kayutangan Street Style.
Muda-mudi Malang yang mengikuti kegiatan Kayutangan Street Style. Tribun Jatim Network/Rifki Edgar

"Kalau di Citayam itu di mulai dari anak-anak yang ingin nongkrong, tidak ada latar belakang fashion, tapi ingin mengaktualisasi diri lewat fesyen. Kalau di Kayutangan, yang inisiasi adalah orang-orang yang paham dan mengerti fesyen," katanya.

3. Mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota Malang

Mengutip dari laman Tribun Jatim, acara tersebut mendapatkan respon positif dari Kepala Dinas Olahraga Pemuda dan Pariwisata (Disporapar) Kota Malang, Ida Ayu Made Wahyuni.

"Kami sangat mendukung. Karena ini cukup bagus untuk meramaikan Kayutangan Heritage. Untuk meramaikan, harusnya kan banyak event," ucapnya. 

Lebih lanjut ia menambahkan, Koridor Kayutangan Heritage ini merupakan sebuah kawasan yang diperuntukkan bagi para pelaku Ekonomi Kreatif (Ekraf), termasuk fashion

"Kami mendukung. Apalagi kegiatan itu kan dilakukan oleh komunitas. Apalagi fashion juga bagian dari Ekraf," ujarnya.

4. Sempat menuai kritik dari warganet

Di tengah kehebohan tren fashion tersebut, sayangnya kegiatan Kayutangan Street Style sempat mendapat beragam komentar negatif dari warganet.

Sebagian menilai kegiatan itu meniru kegiatan Citayam Fashion Week di Jakarta, yang digagas sejumlah anak muda.

Selain itu, sebagian lainnya berkomentar bahwa kegiatan tersebut tak mengangkat pakaian tradisional dan menimbulkan kemacetan.

5. Dipadati pengunjung

Pelaksanaan Kayutangan Street Style mendapatkan antusias yang luar biasa dari muda-mudi Malang. 

Para pengunjung memadati kawasan Kayutangan Heritage Malang dengan outfit stylish serta beragam aksesoris yang unik. 

Mereka pun berfoto-foto, dan ada juga yang tampil bak seorang model di acara fashion show.

 (*)

Baca Juga: Curi Perhatian, Model Profesional Ikut Catwalk di Citayam Fashion Week



REKOMENDASI HARI INI

Representasi Karakter Perempuan dalam Game, Inklusivitas atau Eksploitasi?