Parapuan.co - Memasuk bulan Agustus, masyarakat akan menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus 2022 mendatang.
Berbicara soal kemerdekaan tidak bisa lepas dari jasa dan perjuangan pahlawan terdahulu demi mewujudkan pemenuhan hak asasi warga Indonesia.
Dari banyaknya daftar pahlawan nasional, nama Raden Ajeng Kartini atau yang kita kenal dengan panggilan R.A. Kartini penting untuk diingat, terlebih bagi perempuan.
Untungnya, kisah perjuangan R.A. Kartini kini dengan mudah bisa kita kenang lewat film Kartini (2017) yang disutradari oleh Hanung Bramantyo.
Film Kartini membawa kisah inspirasi R.A. Kartini dalam mewujudkan kemerdekaan hak perempuan Indonesia untuk mendapatkan kesetaraan.
Kawan Puan, sebelum mengulik lebih dalam soal film ini, yuk simak terlebih dahulu sinopsis film Kartini.
Sinopsis Film Kartini
Film Kartini merupakan kisah nyata perjuangan Kartini (Dian Sastrowardoyo), pahlawan perempuan Indonesia.
Latar belakang film ini adalah awal tahun 1900, saat perempuan tidak boleh mendapatkan pendidikan yang tinggi, bahkan untuk kaum Ningrat sekalipun.
Baca Juga: Jelang Hari Kartini, Ini 3 Film Sejarah Tentang Perjuangan RA Kartini
Perempuan Ningrat Jawa pada saat itu diharapkan menjadi Raden Ayu dan menikah dengan seorang pria Ningrat.
Kartini tumbuh dengan melihat langsung bagaimana Ibu Kandungnya, Ngasirah (Christine Hakim) memiliki posisi "kedua" di rumahnya sendiri.
Kartini kemudian berjuang sepanjang hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan dan hak pendidikan seutuhnya.
Bersama kedua saudarinya, Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita), Kartini membuat sekolah untuk perempuan dan rakyat miskin.
Review Film Kartini
Film Kartini merupakan perjalanan penuh perjuangan dari sosok Kartini yang jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia.
Di tengah sistem masyarakat Indonesia yang patriarki, Kartini mampu melawan tradisi yang dianggap sakral soal perempuan.
Dalam film ini, Hanung Bramantyo menggambarkan karakter Kartini sebagai "pemberontak" stigma perempuan di masa itu.
Alih-alih menjadi perempuan penurut, karakter perempuan Kartini digambarkan hobi memanjat dan nekat keluar rumah menuju ke pantai.
Baca Juga: Selain 'Kartini', Ini 5 Film Inspiratif tentang Perempuan yang Wajib Ditonton!
Film ini juga berhasil mengenalkan tradisi kuno Jawa yang mengharuskan perempuan dipingit setelah mendapatkan datang bulan pertama.
Tersiksanya jiwa pemberontak Kartini digambarkan secara nyata lewat ruang-ruang yang sempit dalam film ini.
Hal yang menjadi inspirasi lainnya adalah support system yang kartini dapatkan dari saudara perempuan dan kakaknya, Kartono (Reza Rahadian).
Kepercayaan dan trauma yang dibagi bersama ternyata mendorong Kartono, yang adalah seorang lak-laki, untuk mendukung kebebasan Kartini sebagai perempuan dengan memberikan kunci rumah mereka untuk kabur.
Selain Kartono, dua saudari Kartini yaitu Kardinah dan Roekmini menjadi support system dalam mewujudkan mimpi kesetaraan pendidikan bagi perempuan.
Selain itu, ketiga saudari ini juga bersumpah bahwa mereka tidak akan tunduk dengan sistem pernikahan poligami yang hanya menguntungkan laki-laki.
Bersama-sama, mereka mewujudkan sekolah sederhana yang menjadi awal dari terwujudnya mimpi kesetaraan pendidikan di Indonesia.
Kawan Puan, secara cerita, Hanung Bramantyo memberikan bumbu drama yang emosional di film biografi ini.
Hanung menempatkan penonton pada perspektif perasaan Kartini yang kompleks dan manusiawi.
Secara sinematografi, penggambaran cerita sangat realis, dan dipercantik dengan warna gambar bak lukisan-lukisan era Raden Saleh.
Menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia, menyaksikan film Kartini dapat menjadi inspirasi Kawan Puan agar perjuangan kemerdekaan perempuan terus berlipat ganda hingga kini.
Baca Juga: Tak Hanya Kartini, 4 Pahlawan Perempuan Ini Berjasa Bagi Indonesia
(*)