"Jadi tergantung lokasinya komplikasi ada di mana. Tentunya, kalau komplikasinya ada di otak ataupun dia menyerang ke seluruh tubuh, angka kematian akan jadi lebih tinggi," kata dia.
Virus cacar monyet sendiri ditularkan melalui cairan yang melepuh dari ruam atau bercak merah dari penderita.
Terdapat berbagai gejala dari cacar monyet, namun yang paling awal dimulai dari demam.
Namun, penyakit baru diduga kuat sebagai monkeypox setelah ada bercak merah.
Virus cacar monyet memiliki masa inkubasi 2 hingga 4 minggu.
Kelainan kulit yang dialami pada pasien cacar monyet seperti bintil-bintil di area tubuh, diikuti lenting dan bernanah.
Selain demam, ada juga sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, dan kelainan di kulit.
"Jadi ada lima yang paling dominan kalau misalnya kita ingin menduga bahwa ini monkeypox. Bagaimana membedakannya dengan infeksi virus lainnya seperti varicella atau cacar air? Kalau cacar air umumnya menjelang anak-anak," ujar Hanny.
Dalam cacar air, demam tidak terlalu tinggi serta memiliki lesi pada kulit yang berbeda-beda bentuk namun dalam satu periode yang sama.
Baca Juga: Satu Warga Jawa Tengah Suspek Cacar Monyet, Waspadai Penularannya dari Orang ke Orang
Sementara pada cacar cacar monyet, lesi biasanya akan muncul dengan bentuk yang sama sepanjang pasien terinfeksi.
Untuk area tubuh yang terkena cacar monyet, biasanya yang paling sering terkena adalah area wajah, diikuti dengan kelainan di lengan, perut, badan, punggung, hingga telapak tangan.
Hal ini tergantung dengan kondisi imunitas pasien. Jika imunitas pasien bagus, area yang terkena hanya area lokal saja.
Namun, jika imunitas pasien lemah, kondisinya bisa berat.
"Pada orang yang daya tahan tubuhnya baik umumnya tidak terlalu berat. Tetapi pada saat orang tersebut mempunyai daya tahan tubuh yang lemah bisa terjadi komplikasi," katanya.
Bercak yang ada di tubuh harus cepat diambil cairannya untuk pemeriksaan lab dan diagnosa. (*)