Parapuan.co - Bayi wajib mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) dari ibunya sejak lahir ke dunia hingga berusia enam bulan penuh.
ASI eksklusif wajib diberikan selama setengah tahun usia bayi karena berkaitan dengan kesiapan rata-rata bayi menerima asupan sumber makanan lain.
Aturan mengenai ini pun tertera dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Namun ternyata bukan hanya kesiapan bayinya saja yang melatarbelakangi kewajiban untuk memberikan ASI eksklusif.
Pasalnya, pemberian ASI eksklusif juga berkaitan dengan kualitas hidup yang lebih baik untuk ibu dan si kecil.
Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Nia Umar, S.Sos, MKM, IBCLC menjelaskan, tidak memberikan ASI eksklusif justru bisa menimbulkan berbagai dampak buruk, baik pada ibu dan juga bayinya.
“Menyusui itu penting banget. Menyusui itu memberikan kualitas hidup yang lebih baik buat ibu dan anak,” terangnya dalam acara Puan Talks bertajuk ASI Eksklusif: Sepenting Apa Sih? dalam rangka Pekan Menyusui Sedunia, Selasa (9/8/2022).
Nia mengumpamakan tubuh sebagai komputer yang terdiri dari perangkat lunak dan perangkat keras untuk menggambarkan risiko yang mengintai jika tidak memberikan ASI eksklusif.
“Hardware-nya ada payudara, ada rahim, agar kita bisa melahirkan dan punya anak. Tetapi ketika (bayi) lahir, tetapi salah satu hardware ini enggak dipakai, yaitu payudara, pelan-pelan software di dalamnya itu mulai ngadat,” ungkapnya.
Baca Juga: Puan Talks: Ini Alasan ASI Eksklusif Wajib Diberikan selama 6 Bulan
Pada ibu, sejumlah risiko yang bisa terjadi apabila ASI tidak diberikan kepada bayinya di antaranya meningkatnya risiko terhadap berbagai penyakit dan depresi yang berkaitan dengan kesehatan mental.
Beberapa penyakit yang dimaksud Nia, yaitu kanker payudara, kanker ovarium, kanker rahim, osteoporosis, diabetes, sampai hipertensi.
“Jadi banyak sekali risiko kesehatan yang bisa ditanggung oleh seorang ibu jika mereka tidak menyusui anaknya,” jelas Nia.
Sama halnya dengan sang ibu, bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif juga berisiko terkena berbagai dampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang.
“Anaknya sendiri bisa terkena risiko berbagai penyakit. Jangka pendek, anak yang tidak disusui (bisa meningkatkan) risiko diare, konstipasi, gangguan pencernaan, infeksi di telinga,” lanjut Nia.
“Penyakit jangka panjangnya juga risikonya banyak, karies gigi, diabetes pada anak, obesitas, gangguan kognitif, beberapa tipe kanker pada anak. Itu akan meningkat pada anak yang tidak mendapatkan haknya untuk menyusu pada ibunya,” sambungnya lagi.
Maka dari itu, Nia menekankan pentingnya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan.
Selain untuk mencegah berbagai risiko yang bisa terjadi pada ibu dan anak, ASI memang merupakan sumber nutrisi utama bagi bayi baru lahir.
“ASI high on fatty acid (asam lemak) yang bagus untuk perkembangan otak anak. Enggak ada satupun susu formula yang bisa menggantikan ASI,” ujar Nia tegas.
Baca Juga: Apakah Bayi Sudah Cukup ASI? Ini Tanda si Kecil Mengalami Dehidrasi
(*)