Lebih dari itu, hanya sebanyak 9 persen dari generasi muda yang telah memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, dan tabungan berjangka.
Adapun hanya 17 persen yang sudah memiliki pendapatan pasif, 8 persen yang menggunakan uang sesuai anggaran, dan 22 persen yang benar-benar paham produk investasi yang mereka miliki.
Terkait investasi, Director Consumer Insights di NielsenIQ Indonesia, Inggit Primadevi, mengatakan, anak muda saat ini cenderung berinvestasi karena mengikuti tren di masyarakat.
Alih-alih terlebih dahulu memahami risiko dan manfaat dari produk investasi, mereka berpikir bahwa investasi merupakan cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
“Anak muda yang memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, cryptocurrency, bertambah menjadi 9 persen di tahun ini, namun sayangnya secara umum, 78 persen menyatakan mereka tidak sepenuhnya memahami resiko dan manfaat dari produk investasi,” ujar Inggit dalam acara Konferensi Pers Peluncuran OCBC NISP Financial Fitness Index 2022 di fX Sudirman, Senin (15/8/2022).
Padahal, usia produktif merupakan waktu yang tepat untuk memikirkan bagaimana cara agar uang dapat bekerja untuk diri kita.
Retail Proposition Division Head Bank OCBC NISP, Chinni Yanti Tjhin, dalam kesempatan yang sama menyebut kondisi ini sebagai kondisi yang mengkhawatirkan.
“Sedikitnya generasi muda yang menabung dan berinvestasi secara terstruktur merupakan kondisi yang mengkhawatirkan, sebab memiliki kesadaran saja tidak cukup untuk mencapai aspirasi keuangan,” ungkapnya.
Baca Juga: Bahasa Cinta Bisa Pengaruhi Kondisi Keuangan? Ini Penjelasannya