Diingatkan oleh dr. Farmanina, tidak semua laki-laki dengan testosteron atau dihidrotestosteron tinggi akan menyebabkan kerontokan rambut.
Pada laki-laki, kebotakan pola (androgenetic alopecia) yang disebabkan oleh faktor genetik menyumbang lebih dari 95 persen kerontokan rambut.
"Androgenetic alopecia adalah kebotakan yang disebabkan oleh hormonal dan genetical," jelas dr. Farmanina.
Ditambahkan lagi olehnya bahwa kerontokan rambut ini juga bisa disebabkan oleh komplikasi medis, pasien yang sedang pemulihan dari sakit atau terinfeksi berat, pasca kanker, dampak dari perawatan kemoterapi hingga diet atau stres berlebihan.
"Karena diet atau stres, hormonnya jadi imbalance atau terganggu hormonalnya, sehingga terjadi kerontokan rambut," ujarnya lagi.
Ditambahkan oleh dr. Farmanina, bahwa karena kerontokan rambut dipengaruhi oleh hormon testosteron, biasanya mulai terjadi ketika pubertas.
Sementara menurut American Hair Loss Association, sekitar 25 persen laki-laki mulai kehilangan rambut mereka sebelum usia 21 tahun, dan akan semakin meningkat intensitasnya di usia 30-35 tahun.
Tak sampai di situ, kondisi rambut laki-laki akan semakin menipis secara signifikan pada saat mereka berusia 40 tahun.
Baca Juga: Mengenal Metode Transplantasi Rambut, Mulai dari Proses hingga Biayanya