Parapuan.co - Di balik viralnya kasus kekerasan dan pelecehan seksual di media sosial, ternyata ada bahaya yang mengancam korban.
Budaya spill the tea yang marak dipakai netizen media sosial saat ada kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang viral nyatanya tidak selalu membantu korban.
Maksud hati memviralkan kasus kekerasan maupun pelecehan seksual di media sosial agar mendapat perhatian publik, namun jika tak hati-hati hal tersebut justru bakal jadi bumerang bagi korban.
Pasalnya, sering kali ketika ada kasus kekerasan maupun pelecehan seksual yang viral di media sosial, netizen akan mendesak pengungkapan nama pelaku, status pekerjaan, hingga tempat tinggal.
Kalau pun tidak ada yang secara gamblang mengungkap nama pelaku, netizen akan mengulik sendiri siapa pelaku dan korban yang dimaksud dalam kasus kekerasan seksual tersebut.
Hal ini tentu membahayakan keamanan korban dan keluarga korban, sebab dari informasi pribadi pelaku, netizen bisa mengetahui siapa korbannya.
Ketika informasi pribadi korban pun diketahui oleh netizen, maka keamanannya dan juga keluarganya bisa terancam.
Belum lagi mengingat komentar yang dilayangkan oleh netizen terhadap kasus kekerasan maupun pelecehan seksual yang viral di media sosial ini.
Bisa jadi komentar-komentar netizen, terlebih lagi yang menggunakan akun anonim, akan menyudutkan korban.
Baca Juga: Mengenal Piramida Budaya Perkosaan, Bentuk Kekerasan Seksual dalam Bahasa Keseharian