“Shoppertainment menggabungkan konten, culture, dan kegiatan penjualan dengan cara yang mulus. Dengan begitu, brand dapat berinteraksi dengan audiens selama berbelanja, tanpa terlalu ‘berjualan’ secara terang-terangan,” jelasnya, dikutip dari siaran pers yang diterima PARAPUAN.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa konsumen di Asia Pasifik mengharapkan brand untuk fokus pada konten hiburan sebelum memberikan informasi produk dan langkah untuk membelinya.
Di Indonesia sendiri, konsumen juga sangat terbuka dengan konsep shoppertainment sebagai bagian dari kegiatan belanja mereka.
Sebanyak 83 persen responden dari Indonesia mengaku menonton video sebelum akhirnya membeli produk.
Adapun mereka mengaku konten video memengaruhi keputusan mereka untuk membeli kategori fesyen, kecantikan, dan elektronik mencapai lebih dari 50 persen.
Lewat konten video, brand memang bisa mengajak konsumen beralih dari tahap awareness ke tahap desire, kemudian maju ke tahap conversion dengan lebih mudah, walhasil penjualan pun meningkat.
Lebih lanjut, studi TikTok dan BCG juga mengungkapkan sejumlah hal yang harus diperhatikan oleh brand ketika membuat konten video.
1. Kesenangan dan Hiburan
Sebanyak 81 persen responden mengharapkan konten bercerita dan pendidikan, sedangkan 76 persen responden mengaku tertarik pada format video-first.
Baca Juga: Banyak Keunggulan, Ini Alasan Mengapa UMKM Harus Berjualan di TikTok Shop