“Dari internalnya sendiri, mereka lebih banyak pertimbangan. Ini memang naturalnya perempuan seperti itu,” jelas Lika.
Sebelum kembali bekerja, perempuan membutuhkan soul searching yang lebih panjang untuk menemukan keseimbangan yang pas antara purpose, passion, dan profit.
“Jadi untuk memulai karier lagi, dia harus mempertimbangkan purpose dia apa. Apakah sesuai dengan passion-nya, yang terakhir profit. Apakah dengan bekerja ini ada manfaatnya untuk finansial,” lanjutnya.
Selain itu, perempuan juga kerap merasa bersalah karena harus meninggalkan keluarga apabila kembali bekerja.
“Belum lagi rasa bersalah meninggalkan keluarga, apalagi kalau punya anak yang masih kecil,” tutur Lika.
Adapun perasaan rendah diri yang kerap timbul karena menganggap dirinya “tertinggal” dari segi pengalaman dan kemampuan.
Tantangan Eksternal
Sementara dari sisi eksternal, perempuan yang ingin balik ke dunia kerja setelah career break biasanya menghadapi tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial mengenai peran domestik perempuan.
Baca Juga: 3 Cara Ampuh untuk Mengatasi Rasa Takut Kegagalan Dalam Berkarier
Mereka juga kerap merasakan peer pressure dari teman-temannya yang telah lebih “sukses” dengan berbagai pencapaiannya yang terlihat melalui media sosial.
Lebih dari itu, perubahan ekspektasi mengenai kompetensi di bidang kerja yang dialaminya menjadi hal menantang lainnya bagi perempuan.
“Kalau eksternal, sekarang ini banyak dipengaruhi oleh media sosial, melihat teman seangkatan misal sudah memiliki jabatan atau bisnis sendiri. Ini juga yang menjadi pertimbangan mereka untuk melangkah,” ungkap Lika Satvarini.
(*)