Dokter Spesialis Ungkap Pengobatan yang Sesuai untuk Pasien Kanker Paru Sesuai Mutasinya

Anna Maria Anggita - Kamis, 1 September 2022
Pengobatan kanker paru-paru
Pengobatan kanker paru-paru iStockphotos

Parapuan.co - Kanker paru-paru menjadi penyakit yang paling berisiko bagi para perokok.

Pasalnya berdasarkan webinar "Imunoterapi: Harapan Baru Pasien Kanker Paru di Indonesia" pada Selasa (30/08/2022), dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik mengungkap kanker paru datang dari sejarah merokok atau perokok pasif.

Di mana studi Tobaccu Use & Lung Cancer, menuliskan90 persen dari kasus kanker paru pada pria dan 80 persen pada perempuan itu karena menjadi perokok aktif serta pasif.

"Sebagai pengetahuan dasar, masyarakat perlu memperhatikan gejala awal kanker paru untuk mendapatkan diagnosis yang cepat sebagai dasar pemberian pengobatan yang tepat.  Jika kanker paru ditemui pada stadium awal, harapan hidup pasien lima tahunan akan lebih tinggi," ujar dr. Andhika.

Dalam kesempatan webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) dan MSD (Merck Sharp & Dohme)  Indonesia, dr. Andhika menjelaskan kalau dalam perkembangan sains, pengobatan kanker paru di dunia medis bukan lagi kemoterapi.

Pasalnya pada mutasi kanker paru seperti EGFR dan ALK itu  telah tersedia berbagai pengobatan inovatif yang termasuk golongan terapi target.

"Kanker paru bukan sel kecil pada stadium lanjut jika diobati dengan kemoterapi standar dapat memiliki harapan hidup rata-rata hingga delapan bulan," ujarnya.

Sementara itu, pasien kanker paru yang diagnosanya menghasilkan mutasi EGFR positif jika diterapi dengan kombinasi kemoterapi dan terapi target EGFR inhibitor dapat mempunyai harapan hidup secara keseluruhan mencapai 11,5 bulan.

Sedangkan, pasien yang terdiagnosis mutasi ALK positif bila mendapatkan pengobatan kombinasi kemoterapi standar dengan terapi target ALK inhibitor dapat memperpanjang angka kelangsungan hidup bebas progresi pasien.

Baca Juga: Benarkah Vaping Bisa Sebabkan Kanker Paru? Begini Jawaban Dokter Spesialis

Kemudian untuk pasien kanker paru yang tidak memiliki mutasi EGFR, hanya dapat diobati dengan kemoterapi standar sebagai modalitas pengobatan.

dr. Andhika juga memaparkan bahwa pada tahun 2013 dunia medis telah menemukan terobosan baru pengobatan kanker paru yakni imunoterapi.

"Terapi sistemik imunoterapi yang tersedia di Indonesia adalah imunoterapi PD-1 inhibitor yang memberikan harapan baru bagi pasien kanker paru yang tidak memiliki mutasi EGFR," jelas dr. Andhika.

Di mana dalam imunoterapi terdapat Programmed Death-1 atau PD-1 merupakan salah satu protein yang bertindak sebagai "pos keamanan", dengan tujuan untuk menjaga respons kekebalan tubuh agar tetap terkendali.

Lantas, bagaimana imunoterapi PD-L1 inhibitor bekerja?

PD-1 ini berfungsi seperti pos keamanan yang dapat mengarahkan pasukan sistem imun (sel-T) untuk tidak membunuh sel kanker karena sel kanker telah menyamar sebagai sel sehat.

Dengan bubarnya pos keamanan PD-1, sel kanker tidak akan bisa menyamar dan sistem imun akan menerima arahan untuk menghancurkan sel kanker.

Dari adanya cara kerja tersebut maka, imunoterapi PD-1 inhibitor pun menurut dr. Andhika dapat mengurangi resiko kematian hingga 38 persen dibandingkan dengan kemoterapi saja.

Bahkan imunoterapi PD-1 Inhibitor memberikan harapan hidup jauh lebih lama bagi penyintas kanker paru, terutama jika memiliki ekspresi PD-L1 lebih dari 50 persen.

Pada webinar ini Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP menyampaikan bila keluarga harus menjaga kesehatan mental dan emosional kanker paru.

Tujuannya agar pasien kanker paru tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter supaya kualitas dan harapan hidup dapat terus terjaga.

Baca Juga: Bronkiolitis, Infeksi Paru-Paru yang Umum Terjadi pada Bayi dan Anak

(*)



REKOMENDASI HARI INI

6 Bahan Alami untuk Membantu Mengatasi Masalah Biang Keringat