Parapuan.co - Kawan Puan, tak dapat dimungkiri kasus perundungan terhadap anak memang kerap dialami di sekolah.
Akan tetapi jika melihat fakta di lapangan, perundungan sangat mungkin terjadi di lingkungan terdekat misalnya lingkungan rumah atau keluarga.
Padahal, mestinya rumah menjadi tempat perlindungan teraman bagi anak lantaran berada di sisi orang tua.
Hanya saja, di luar sana ternyata banyak orang tua yang tanpa sadar justru merundung anak-anaknya.
Orang tua merundung anak dengan membandingkannya dengan anak-anak lain, mengata-ngatai anak, seperti bilang bodoh, tidak mau menurut, dll.
Bahkan, tak sedikit pula orang tua yang sampai tega memukul anak hingga menangis.
Hal tersebut rupanya bukan sebatas spekulasi, mengingat pakar psikologi pendidikan Dra. Diennaryati Tjokrosuprihatono, M.Psi. pernah menyaksikan sendiri.
Pada webinar bersama YPUI (Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia), Rabu (2/9/2022), psikolog yang akrab disapa Dienny itu membagikan kisahnya.
Suatu ketika saat melakukan survei di sebuah daerah perkampungan di Jakarta, ia melihat ibu yang merundung buah hatinya.
Baca Juga: Orang Tua Harus Tahu, Ini 3 Cara Mendampingi Anak Korban Bullying
Dalam hal ini, tentu saja kita tidak bisa menyalahkan sang ibu, karena bisa jadi banyak yang tidak tahu apakah tindakan yang dilakukan termasuk perundungan.
"Iya, ada yang sampai mukul, mengatai, 'Bodoh, gitu aja nggak bisa' dan segala macam. Itu banyak sekali yang seperti itu, kan," tutur Dienny.
Ia menambahkan, banyak hal yang melatarbelakangi seorang ibu melakukan perundungan yang mungkin tidak disadarinya itu kepada sang anak.
"Kadang bisa karena tekanan-tekanan dari luar, stres, dan mereka itu enggak tahu kalau tindakannya adalah perundungan. Bukan tega, ya, tapi memang tidak tahu," imbuhnya.
Lantas bagaimana solusi untuk mencegahnya? Bagaimana membuat seorang ibu mengerti bahwa adakalanya ia melakukan perundungan kepada anak?
Menurut Dienny, lingkungan terkecil seperti RT/RW bisa memberikan edukasi kepada para ibu melalui Posyandu atau kegiatan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga).
"Kalau di kampung-kampung itu kan ada Posyandu, PKK, atau PAUD. Aktifkanlah Posyandu," terang Dienny.
"Karena orang tua tidak tahu bagaimana menjadi orang tua. Bukan karena ingin menyakiti anaknya, tapi bisa jadi memang tidak tahu," tambahnya lagi.
Maka dari itu, untuk mencegah perundungan anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri, Kawan Puan bisa ikut berkontribusi.
Kamu bisa aktif di organisasi Karang Taruna atau PKK di kampungmu, supaya dapat memberikan edukasi tentang perundungan untuk ibu-ibu yang belum paham.
Baca Juga: Tak Hanya Korban, Menurut Psikolog Perundungan Juga Bisa Berdampak Buruk bagi Pelaku
(*)