Sebaliknya, jika orang lain memutar musik yang tidak kita sukai dan mereka meninggikan volumenya, ini justru dapat membuat kita kesal.
Nah, kontak mata meningkatkan volume pada emosi yang kita alami ketika saling menatap dengan orang lain.
Akibatnya, kita melihat tingkat kontak mata yang tinggi, baik dalam interaksi yang positif maupun negatif.
Bandingkan intensitas kontak mata antara sepasang kekasih dengan dua petinju di ring yang mau bertanding.
Tatapan mata yang dilakukan sepasang kekasih bisa menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta, sedangkan antara dua petinju meningkatkan rivalitas.
Dalam sebuah eksperimen lain, terlihat pula bagaimana kontak mata memengaruhi pendapat seseorang terhadap orang lain.
Yaitu pada seorang narasumber dan pewawancara, di mana apabila pewawancara memberikan pujian, intensitas kontak mata semakin tinggi dan pendapat dari narasumber terhadap pewawancara juga semakin baik.
Sebaliknya, jika pewawancara memberikan komentar negatif kepada narasumber, besar kemungkinan narasumber menghindari kontak mata dan kesannya terhadap pewawancara pun akan buruk.
Jadi, tidak mengherankan mereka yang melakukan kontak mata akan meningkat emosi positifnya dibandingkan dengan tidak melakukan kontak mata.
Baca Juga: 4 Tanda yang Sering Ditunjukkan Seseorang saat Tidak Menyukaimu
(*)