"Sejak awal pembuatan film ini, kami ingin sekali bisa membawa film ini untuk ditonton di sekolah-sekolah dan di lokasi-lokasi tempat film ini diproduksi," ungkap Mandy Marahimin, dikutip dari rilis yang PARAPUAN terima.
"Kami sadar sebagian besar lokasi kami tidak memiliki jaringan bioskop, sehingga pemutaran langsung adalah satu-satunya cara," lanjutnya.
Pemutaran ini rencananya dilakukan tak lama setelah rilisnya film tersebut, sayangnya harus tertunda karena pandemi Covid-19.
Nicholas Saputra selaku produser pun ikut angkat bicara terkait pemutaran film ini.
"Saya berharap dengan diputarnya film SEMESTA di enam kota para narasumber berasal, kisah-kisah dari film ini bisa memberi inspirasi untuk bersama-sama menjaga alam kita," kata Nicholas Saputra.
"Tanpa memandang agama, budaya, profesi, dan semua atribut sosial lainnya," lanjutnya.
Melalui rangkaian kisah tujuh sosok inspiratif ini, film SEMESTA mengajak Kawan Puan berkeliling sembari menikmati kekayaan alam di Tanah Air.
Mulai dari titik ujung barat, yakni Desa Pameu, Aceh, hingga bagian ujung timur Indonesia, tepatnya di Kampung Kapatcol, Papua.
Chairun Nissa, sutradara film SEMESTA, menyambut senang dengan diputar kembali film SEMESTA di ruang-ruang publik, khususnya di enam kota tersebut.
"Senang sekali ketika diberitahu film SEMESTA bisa disaksikan oleh para masyarakat di daerah yang kami jadikan lokasi pengambilan gambar dan asal para narasumber yang kisahnya kami angkat dalam film ini," tutupnya.
Kawan Puan, informasi seputar pemutaran film SEMESTA di enam kota tersebut bisa dilihat pada akun Instagram rumah produksi Talamedia di @talamedia_co.
Baca Juga: Film Bara Ceritakan Perjuangan Seorang Kakek Lindungi Hutan Adat Kalimantan
(*)