Siswa Bangkit Buat Aplikasi TeDi, Teknologi untuk Kemudahan Difabel

Firdhayanti - Kamis, 15 September 2022
Gilang Martadinata dan Najma dari tim TeDi, peserta Bangkit 2022, (kiri-kanan).
Gilang Martadinata dan Najma dari tim TeDi, peserta Bangkit 2022, (kiri-kanan). Dok. Google

Parapuan.co - Saat ini, perkembangan industri teknologi telah menciptakan sederet lapangan pekerjaan.

Karenanya, diperlukan pengetahuan yang cukup bagi para jobseeker atau pencari kerja yang ingin berkarier di industri teknologi.

Salah satu yang bisa dilakukan oleh Kawan Puan yang ingin meningkatkan kemampuan di bidang teknologi adalah dengan mengikuti pelatihan. 

Berbagai jenis pelatihan untuk karier di bidang teknologi kini telah diselenggarakan oleh berbagai pihak. 

Google, salah satunya, memiliki program pelatihan di bidang teknologi yang bernama Bangkit.

Program Bangkit sendiri telah terafiliasi dengan Kampus Merdeka. 

Ini merupakan Studi Independen Bersertifikat (SIB) dalam mempersiapkan siswa terbaik Indonesia untuk pekerjaan di bidang IT yang paling diminati di masa depan.

Bangkit dirancang khusus oleh Google dan berjalan dengan dukungan penuh dari GoTo, Traveloka, dan Deeptech Foundation dan Kemdikbud Ristek.

Berikut ini adalah salah satu kisah dari Najla dan timnya yang membuat TeDi.

Baca Juga: 3 Sumber Kekayaan Selebgram Dara Arafah, Endorsement hingga Bisnis Kecantikan

TeDi yang merupakan singkatan dari Teman Disabilitas ini merupakan aplikasi mobile Indonesia pertama yang memiliki fitur-fitur untuk membantu tiga difabel sekaligus, yaitu tunanetra, tunarungu, dan tunawicara.

Aplikasi ini merupakan salah satu dari Top 15 Product-Based Capstone Project yang memperoleh mentor industri dan dana inkubasi sebesar 140 juta dari Google dan Direktorat Riset Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek).

TeDi sendiri mulanya merupakan salah satu tugas akhir dari para peserta Bangkit. 

Di Bangkit 2022, terdapat dua jenis projek tugas akhir yang harus mereka kerjakan sebagai syarat kelulusan.

Pertama, yaitu Product-Based Capstone Project, di mana para siswa harus berinovasi membuat solusi produk bagi permasalahan di ranah publik, seperti lingkungan, kesehatan, ketahanan ekonomi, sesuai tema pilihan peserta.

Proyek kedua yang baru ada di tahun ini yaitu Company-Based Capstone Project.

Dalam proyek ini, para peserta akan diasah kemampuannya untuk menjawab tantangan riil dari industri.

Najma, Mahasiswi Universitas Padjadjaran dan pemimpin kelompok TeDi, menyampaikan bahwa TeDi berawal dari pertanyaan yang muncul di benak tim mengenai teknologi yang sudah dapat membantu orang yang  membutuhkan, atau hanya hiburan semata.

"Dari sini, kami berpikir bahwa sebaiknya kemajuan teknologi saat ini digunakan untuk membantu orang-orang yang sangat membutuhkan, salah satunya adalah penyandang difabel karena masih banyak diskriminasi dan kesulitan yang mereka rasakan," kata Najma dalam keterangan pers yang diterima PARAPUAN.

Baca Juga: Digelar hingga November 2022, Ini 6 Perbedaan ANBK dan Ujian Nasional

 

TeDi menawarkan berbagai fitur yang akan membantu para difabel.

Fitur pertama ada BISINDO translator untuk menerjemahkan bahasa isyarat.

Selain itu ada Object Detection untuk mendeteksi objek di sekitar.

Terakhir ada Currency Detection untuk membaca mata uang, dan Text Detection untuk membaca sebuah teks.

Nantinya, TeDi akan mentransformasi prototype mereka menjadi produk yang siap untuk diperkenalkan pada user atau masyarakat dalam bimbingan Lab Inkubasi dan Kewirausahaan di 15 Kampus Mitra Bangkit.

Selain TeDi, tim lain yang akan mendapatkan kesempatan ini adalah EcoSense, Herbapedia, HerAi, Yourney, DressOnMe, LukaKu, Glucare, Dwicara, Fi$hku, Tanamin, Ambroise, BahanbaKu, Circle, Kulitku.

(*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh


REKOMENDASI HARI INI

Kampanye Akbar, Paslon Frederick-Nanang: Kami Sedikit Bicara, Banyak Bekerja