Ia mencontohkan, seseorang yang tiba-tiba jatuh sakit namun sudah memiliki asuransi kesehatan tak perlu khawatir harus mengorbankan asetnya untuk menutupi biaya rumah sakit.
"Misalnya kamu saat ini sehat, tetapi punya asuransi. Lalu kemudian tiba-tiba sakit dan harus keluar puluhan juta. Karena memiliki asuransi, tidak ada aset yang harus hilang untuk membayar biaya rumah sakit," katanya mencontohkan.
Di sisi lain, seseorang yang tidak memiliki asuransi kesehatan berisiko mengorbankan asetnya karena biaya rumah sakit yang tidak murah.
"Tapi kalau hanya menabung, lalu baru punya 6 juta rupiah, bagaimana tabungan tersebut bisa meng-cover biaya kesehatan tersebut? Makanya, itulah pentingnya asuransi kesehatan," tambah Icha menegaskan.
Selain asuransi kesehatan, ia juga menekankan pentingnya asuransi jiwa, pasalnya kematian pasti akan terjadi pada siapa saja di waktu yang tidak terduga.
"Asuransi jiwa juga sama pentingnya. Apalagi kalau ngomongin kematian itu kayaknya takut banget, padahal itu sebenarnya, kan, sangat mungkin kejadian," tuturnya.
Asuransi jiwa sendiri berfungsi sebagai backup untuk menutupi segala biaya yang dibutuhkan oleh anggota keluarga yang ditinggalkan.
"Tanpa asuransi jiwa, kita enggak punya backup untuk sekolah anak, dan biaya lainnya. Dan yang lebih mengkhawatirkan adalah kalau kita dan suami meninggal bersamaan. Dengan memiliki asuransi jiwa, semua persoalan keuangan kita bisa alihkan ke asuransi. At least finansial anak sudah tercover," ucapnya tegas.
Baca Juga: Prudential Luncurkan 2 Produk Asuransi Terbaru untuk Lindungi Keluarga dari Risiko Kesehatan
Icha kemudian menegaskan pentingnya mengubah pola pikir mengenai produk asuransi, seperti asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
Adapun asuransi tidak sama dengan investasi, sehingga keduanya tidak dapat saling menggantikan.
Dengan kata lain, keduanya harus ada ketika membuat perencanaan keuangan keluarga dan matang.
"Jangan sampai berpikir ‘aku enggak sakit, kok. Ngapain beli asuransi?’. Padahal asuransi itu belinya pada saat sehat, bukan saat sakit. Kalau sudah sakit, keburu keluar uang duluan. Jadi memang asuransi itu dibelinya pada saat tidak ada apa-apa," lanjutnya.
"Dan memang sebenarnya kita berharap tidak ada apa-apa. Jangan sampai merasa rugi karena harus bayar terus tapi enggak sakit, ya alhamdulillah berarti kalau enggak sakit. Asuransi jiwa juga sama," tutup Icha. (*)