Skrining premarital atau tes pranikah bertujuan untuk mengidentifikasi adanya faktor risiko yang dapat mempengaruhi hasil kehamilan nantinya.
"Faktor risiko PJB adalah genetika, infeksi menular, diabetes, penggunaan obat-obatan, kebiasaan minum alkohol, dan merokok," jelas dr. Radityo.
2. Konseling Prenatal
Sebagian besar PJB dapat diperiksa dengan ekokardiografi fetal pada trimester kedua atau sekitar usia 18-22 minggu kehamilan.
Selain mendiagnosis, dokter jantung juga akan memberikan konseling prenatal untuk membantu ibu dengan risiko tinggi mengandung janin dengan PJB.
3. Skrining Bayi Baru Lahir
Skrining bayi baru lahir untuk PJB kritis dilakukan dengan oksimetri denyut untuk memperkirakan jumlah oksigen pada darah bayi.
"Oksimetri denyut dilakukan di tangan kanan dan kaki untuk mengetahui saturasi atau kadar oksigen," ujar dr. Radityo.
Skrining dilakukan ketika bayi berusia minimal 24 jam, dan sebelum bayi diperbolehkan pulang dari fasilitas kesehatan.
"Bayi baru lahir yang tidak menangis dan tampak kebiruan harus waspada terhadap kemungkinan adanya PJB," imbuhnya.
Nah, itulah pentingnya deteksi dini penyakit jantung bawaan pada bayi ya, Kawan Puan.
(*)