Seluruh material yang digunakan dalam koleksi ini diperoleh langsung dari tangan pengrajin di berbagai pelosok Bali lewat perjalanan yang dilakukan sendiri oleh Denny.
Pagelaran busana yang diselenggarakannya memiliki konsep paduan trunk show yang menghadirkan koleksi wearable, namun juga dapat mewakili proses berkaryanya selama 25 tahun.
“Akan ada ready-to-wear deluxe, juga gaun malam yang menggunakan wastra Bali. Kain-kain Bali yang saya pilih, beberapa memiliki cerita serta nilai-nilai yang menarik,” ujar Denny.
Dalam sequence pertama, ditampilkan koleksi ready-to-wear yang banyak menggunakan tenun endek.
Uniknya, sebagian dari tenun endek tersebut menggunakan proses pewarnaan alam, sehingga turut mendukung upaya ramah lingkungan di Singaraja.
Selanjutnya pada sequence kedua, Denny memilih kain gringsing yang didapat dari pengrajin di Karangasem untuk kemudian dikombinasikan dengan batik Kudus.
Karena proses pembuatannya yang rumit dan memakan waktu membuat Denny kemudian mengkreasikannya tanpa memotong helaian kain gringsing tersebut.
Baca Juga: Front Row Paris 2022 Sukses Digelar, Pamerkan Koleksi Desainer Lokal dengan Sentuhan Eropa