Parapuan.co - Sekitar Maret lalu, viral seorang pengguna TikTok yang mengalami alergi kulit serius dan langka disebut sebagai Steven Johnson Syndrome (SJS).
Ia adalah Afina Syifa, seorang penyintas gangguan bipolar dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) yang harus berjuang dengan kondisi mentalnya sekaligus menahan rasa sakit akibat SJS.
Saat itu, ia membagikan pengalamannya terkena SJS di TikTok, yang merupakan awal mula Afina memberikan edukasi seputar sindrom langka tersebut kepada para pengikut media sosialnya.
Melansir Mayo Clinic, Steven Johnson Syndrome adalah gangguan serius pada kulit dan selaput lendir.
Biasanya SJS muncul sebagai reaksi terhadap pengobatan yang dimulai dengan gejala seperti flu, kemudian diikuti oleh ruam perih dan menyebar hingga melepuh.
Hadir sebagai narasumber di Podcast Cerita Parapuan terbaru, Afina Syifa menceritakan langsung pengalamannya saat menderita SJS selama kurang lebih dua bulan.
Menurutnya, SJS yang dialaminya terjadi akibat komplikasi Covid-19 yang muncul karena di saat bersamaan ia tengah mengonsumsi obat stabilizer untuk gangguan bipolarnya.
“Aku kena Covid sambil tetap konsumsi obat itu. Akhirnya muncullah gejala-gejala SJS, seperti ruam-ruam, gatal, bibir bengkak, mata bengkak, tapi sebelumnya aku enggak tahu itu karena obat stabilizer yang aku minum,” ujarnya.
Ruam melepuh akibat sindrom tersebut tak hanya muncul di kulit, tetapi juga mata, hidung, hingga dalam mulutnya, sehingga menimbulkan rasa perih.
Baca Juga: Afina Syifa Ceritakan Perjalanan Penerimaan Dirinya Hadapi Gangguan Kesehatan Mental
“Rasanya pas itu perih, terutama kalau kena air, di dalam mulut itu sariawan semua, jamur semua, kalau makan itu susah banget. Terus mata juga kena, jadi agak bengkak dan berair, dan hidung juga berdarah terus,” katanya lagi.
Dampak SJS terhadap Kesehatan Mental Afina Syifa
Terkait kesehatan mentalnya, Afina mengungkapkan bahwa ia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya saat menderita SJS.
Apalagi ketika memasuki fase depresi dari bipolarnya. Di fase itu, ia rentan merasa sedih berkelanjutan dan takut untuk menghadapi hidup.
“Sebenarnya ketika aku sakit SJS itu aku ada di titik aku pengin bunuh diri. Ada fase di mana setiap malam aku menangis karena semuanya terasa sakit banget,” ungkap Afina.
Namun ia mengurungkan niatnya saat itu karena teringat oleh salah satu ayat di dalam Al-Qur’an.
“Tapi ketika aku berpikir ingin bunuh diri, aku ingat salah satu ayat di Al-Qur’an bahwa Allah itu menyayangi aku. Jadi kalau yang di Atas saja sayang sama aku, aku juga harus sayang sama diri aku. Apalagi perjuangan aku sudah panjang banget,” pungkasnya.
Di saat yang bersamaan, ia justru turut menemukan kebahagiaan, khususnya dalam hal perjalanan mengenal dirinya sendiri.
Menurutnya, ini merupakan titik balik yang membuatnya belajar untuk menerima kondisinya, baik kondisi fisiknya saat itu maupun mentalnya.
Baca Juga: Orang Terdekat Alami Gangguan Kesehatan Mental, Ini Cara Tepat Mendukungnya Menurut Afina Syifa
“Tapi dari situ aku ada kebahagiaan juga, sih, aku jadi belajar ikhlas, sabar. Mungkin basi banget, ya, tapi menurut aku ini merupakan bagian dari kesehatan mental juga,” jelasnya.
Afina mengatakan, belajar untuk ikhlas dan sabar merupakan cara terbaik agar dirinya tetap tenang meski sedang sakit atau sedih sekalipun.
Pengalamannya menghadapi SJS juga merupakan bagian terpenting dalam perjalanannya untuk lebih memahami dan menerima dirinya sendiri.
“Waktu SJS aku belajar menghadapi diri sendiri, jadi ngobrol dan curhat sama diri sendiri. Jadi menghadapi diri sendiri, aku bayangin di depan aku itu ada aku, di mana aku berusaha megang dia, peluk dia, dan mencoba menenangkan,” ceritanya.
Meskipun Afina membutuhkan waktu tak sebentar untuk mencapai titik menyayangi diri sendiri, namun ia percaya pada setiap proses yang dilaluinya.
Terakhir, ia mengaku bersyukur masih diberikan kesempatan untuk hidup dan lebih menerima dirinya usai terkena SJS.
Pasalnya menurut dokter yang menangani Afina, sindrom ini langka dan memiliki kemungkinan kematian yang tinggi.
“Alhamdulillah aku masih hidup karena SJS itu tingkat kematiannya tinggi. Kata dokter kasus ini langka, tapi ada juga orang yang kayak aku,” tutur Afina Syifa.
(*)
Baca Juga: Jadi Penyintas Bipolar dan ADHD, Afina Syifa Ungkap Tantangan yang Dialaminya