“Pada saat kemo kedua saya menangis, saya bilang sama suami saya mau berhenti di sini. Saya enggak mau lagi balik ke Singapura untuk kemo,” kenang Dana yang sempat nyaris menyerah untuk melakukan pengobatan kemoterapi.
Kendati demikian, sang suami tak hentinya memberikan dukungan dan mengingatkan Dana bahwa ada ketiga anaknya yang menanti sang ibu untuk sembuh.
Hal ini pun yang akhirnya menjadi kekuatan Dana untuk tetap melakukan pengobatan.
Setelah melakukan kemoterapi, Dana butuh waktu satu tahun untuk memulihkan dirinya dari semua dampak akibat perawatan, mulai dari rambut yang rontok, kuku yang berubah menghitam, hingga badan kurus kering.
“Setelah kemo itu, saya kontrol dan melakukan perubahan drastis dari hidup saya,” ujar Dana yang mengubah gaya hidupnya, bukan hanya lebih sehat secara fisik tapi juga mental.
Pasalnya, menurut Dana, salah satu pemicu yang membuatnya mengidap kanker payudara adalah karena stres akibat pekerjaan.
“Seperti saya dulu 12 tahun yang lalu, masih suka begadang, minum kopi sampai enam gelas per hari. Tapi setelah itu (didiagnosa mengidap kanker payudara) semuanya berubah,” ceritanya.
Diingatkan oleh Dana, bahwa penerapan gaya hidup yang sehat secara fisik dan mental sangatlah penting untuk tidak memperburuk kondisi kesehatannya.
“It’s all about how you manage your stress and to balance your life, and having a happy life is a key to a healthy life,” sarannya.
Baca Juga: Sempat Diderita Mendiang Rima Melati, Ini Cara Cegah Risiko Kanker Payudara
Untuk menjaga kehidupannya tetap sehat seimbang, Dana memutuskan untuk kembali disiplin berolahraga lari.
“Lari itu memberikan saya kebahagiaan. Bisa menghirup udara segar, bertemu teman-teman, bisa sambil berpikir, dan akhirnya saya bisa lari marathon,” ujar Dana lagi yang percaya bahwa pemikiran yang penuh kebahagiaan adalah obat terhindar dari kanker.
Setelah lima tahun menjadi warrior melawan kanker payudara, pada tahun 2016 Dana Iswara pun resmi menjadi survivor.
Sejak itu, ia secara aktif membagikan pengalamannya sekaligus menjadi pendamping bagi para warrior yang tengah berjuang melawan kanker payudara.
Berdasarkan pengalamannya, Dana pun menganjurkan kepada semua perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker payudara dengan melakukan SADARI (periksa payudara sendiri).
“(SADARI) dilakukan pada hari ketujuh atau kesepuluh setelah hari pertama menstruasi,” saran Dana.
Kemudian, ujarnya lagi, ketika mendapati ada sesuatu yang mencurigakan pada payudara, mulai dari adanya benjolan, keluarnya nanah hingga rasa gatal, maka perlu melakukan SADANIS (periksa payudara klinis) atau segera memeriksakan diri ke dokter.
“SADARI dan SADANIS ini sudah menjadi keniscayaan bagi kita semua. Jangan sampai lalai, karena berdasarkan banyak temuan, bahwa kasus kanker payudara di Indonesia penderitanya lebih banyak dibandingkan perempuan di negara maju,” jelas Dana lagi.
(*)
Baca Juga: Marshanda Mengidap Tumor Payudara, Kenali Tingkatan dan Gejalanya